Woodward lebih mementingkan sisi komersil klub sehinga, hanya mengijinkan pelatih yang menjabat untuk membeli pemain ternama yang bisa mendongkrok popularitas tim.
Nama-nama tenar seperti Radamel Falcao, Angel Di Maria, Alexis Sanchez, Romelu Lukaku, nyatanya dapat dikatakan gagal total. Padahal sejatinya harga mahal tidak menjamin pemain tersebut cocok dengan filosofi bermain Man United.
Seluruh pelatih yang pernah mengisi kursi kepelatihan setelah era Ferguson mengeluhkan hal yang sama, yang semuanya merujuk kepada Ed Woodward.
Hal tersbeut dikarenakan Woodward selalu bertolak belakang dengan rencana transfer yang sudah disiusun oleh pelatih.
Imbasnya adalah United mengalami kerugian besar, biaya besar telah dikeluarkan namun minim kontribusi.
Sudah sejak 2013, Manchester United gagal bersaing dalam perebutan gelar juara Liga Inggris.
Bahkan target musiman saja sudah menurun, sejak ditargetkan menjadi juara kini United hanya menargetkan masuk zona Europa League (UEL) atau zona Champions League (UCL).
Memang realistis namun suatu ironi, apabila mengingat nama besar Manchester United. Bahkan klub - klub pesaing United telah menganggap United bukan pesaing yang harus diwaspadai.
Pemain bintang pun erfikir dua kali ketika ditawari bergabung dengan Manchester United walau sudah mendapat garansi di tim utama.
Persoalan ini memunculkan anggapan betapa Man United membutuhkan sosok seperti Ferguson dan juga David Gill.
Pergantian pelatih yang terlalu sering juga bukan merupakan solusi, karena sama saja mengubah para pemain dan gaya bermain dari awal kembali.
Hal yang paling mungkin dilakukan saat ini adalah menjadikan orang-orang yang pernah bekerja sama di Man United untuk ambil bagian dalam menangani United.
(*)