SportFEAT.COM - Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez punya alasan kuat di balik keberaniaannya menantang maut dalam ajang MotoGP.
Marc Marquez menjadi satu-satunya pembalap yang tampil dominan dan konsisten dalam empat musim terakhir.
Dari MotoGP 2016 sampai 2019 lalu, Marc Marquez selalu berhasil mengunci gelar Juara Dunia.
Torehan apik pembalap asal Spanyol itu sebenarnya sudah ia tunjukkan sejak naik ke kelas utama pada 2013 lalu.
Bisa dibilang, Marc Marquez hanya terpeleset satu kali gagal menjadi Juara Dunia pada tahun 2015 selama kariernya di kelas MotoGP.
Salah satu penyebab kegagalan Marquez pada MotoGP 2015 lalu adalah banyaknya jumlah crash yang dialami The Baby Allien.
Seperti diketahui, sejak kemunculannya di ranah MotoGP, Marquez memang dikenal sebagai pembalap yang agresif dan terkadang 'ceroboh'.
Padahal, risiko pembalap mengalami kematian akibat kecelakaan fatal di lintasan balap amat besar.
Meski begitu, Marquez rupanya punya alasan kuat mengapa ia memilih gaya balap demikian.
"Porsi antara risiko dan hasil memang sulit diseimbangkan," ujar Marc Marquez dilansir SportFEAT.com dari Crash.net.
Baca Juga: Rahasia Pukulan Maut Mike Tyson, Dihipnotis Jadi 'Monster' Sebanyak Tiga Kali Sehari
"Tanpa risiko, tidak ada hasil yang bisa dicapai., Dan jika saya ingin hasil yang lebih besar maka opsinya ya menghadapi risiko besar," kata Juara Dunia delapan kali itu.
Lebih lanjut, kakak kandung Alex Marquez itu juga menuturkan bahwa ia memilliki sifat yang jauh dari kata mudah puas.
Sebaliknya, bagi Marquez, keinginan untuk terus menerobos batas miliknya sudah menjadi DNA dalam tubuhnya.
Baca Juga: Danilo Petrucci Sudah Siapkan 'Plan B' Jika Terbuang dari Ducati
"Mencari batas kemampuan saya sendiri sudah tersimpan di DNA saya," kata Marquez.
"Jatuh (crash) itu bukan hal yang bagus, tapi pengalaman mengalami crash itulah yang membantu saya,"
Baca Juga: Ada yang Belum Ikhlas dengan Keputusan Yamaha Melepas Valentino Rossi
"Jadi saya sudah bisa persiapan diri, saya mengencangkan tubuh dan pundak saya, mempersiapkan diri untuk jatuh, ketika jatuh saya sudah siap sliding di atas gravel dengan kaki yang saya naikkan,"
"Saya tidak bisa latihan untuk jatuh, tapi dengan jatuh itu sudah bagian dari latihan (membalap)," pungkasnya.
(*)
Source | : | Crash.net |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |