Baca Juga: 3 Fakta Menyesakkan Persib Bandung Seusai Kalah dari Madura United
Marquez pun mengakui bahwa ada resep yang melatarbelakangi kesuksesannya merajai ajang balap motor terelite di dunia ini. Hal itu adalah konsistensi.
"Dahulu konsistensi adalah sisi terlemah saya," kata Marquez, seperti dikutip SportFEAT.com dari laman Crash.
"Setiap tahun saya mencoba untuk bekerja keras, tetapi sulit untuk mewujudkan konsistensi. Sebab, ada kendala ketika melawati musim satu ke musim lainnya."
"Namun, tahun ini konsistensi merupakan senjata utama saya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kerja sama seluruh tim," ucap Marquez.
Pembalap berumur 26 tahun ini pun mengisahkan bagaimana ia mendapatkan inspirasi untuk menyadari bahwa konsistensi merupakan hal krusial.
Baca Juga: Makna Besar di Balik Perjuangan Skuad Junior Indonesia dalam Merebut Kembali Piala Suhandinata 2019
Ternyata, hal itu timbul pada musim 2015, ketika Marquez gagal meraih gelar juara pada tahun ketiganya terjun di kelas teratas.
Waktu itu, gaya membalap yang ngotot membuat ia gagal finis 6 kali dari total 18 balapan.
Mulai dari sana, kakak dari pembalap Moto2 Alex Marquez ini menemukan titik balik.
Konsistensi pembalap berpostur 1,68 meter ini pun cukup jelas terlihat pada musim ini.
Marquez selalu finis di urutan pertama atau kedua sepanjang MotoGP 2019, kecuali pada MotoGP Americas ketika gagal menyelesaikan balapan.
Baca Juga: Pemain asal Uruguay Ini Girang Bisa Bergabung dengan Borneo FC
"Terkadang Anda mesti mengambil satu langkah ke belakang untuk melompat dua langkah ke depan," kata Marquez.
"Orang-orang mengalami fase muda, saya pun masih sangat muda. Namun, pada 2015 saya berumur sekitar 22 atau 23 tahun dan tergolong masih sangat muda."
"Saya belum punya pengalaman yang cukup dan belajar banyak hal pada musim itu. Saya sering terjatuh kemudian menyadari bahwa konsistensi adalah titik lemah saya," ucapnya lagi.