Setahun berselang, keduanya langsung dijajal untuk terjun pada All England 1973.
Kesempatan pertama Johan/Tjun Tjun di ajang All England terhenti pada babak final setelah takluk dari sang kompatriot, Ade Chandra/Christian Hadinata, dengan skor 15-1, 15-7.
Baca Juga: Target Medali Emas SEA Games 2019 - Indonesia Terpaut Jauh dari Malaysia, Thailand Main Santai?
Akan tetapi, mulai 1974 hingga 1980, tak ada yang bisa mengalahkan mereka di ajang All England.
Kecuali pada 1976, ketika ganda putra Swedia, Bengt Froman/Thomas Kihlstrom mengalahkan mereka di final.
Christian Hadinata pun mengakui bahwa pendekatan gaya main yang dibawa Johan/Tjun Tjun selangkah lebih maju ketimbang para pebulu tangkis ganda putra waktu itu.
"Johan/Tjun Tjun adalah purwarupa dari ganda putra masa kini," kata Christian Hadinata, dikutip SportFEAT.com dari laman resmi BWF.
"Rotasi yang mereka lakukan sangat baik. Ganda putra masa kini bermain seperti mereka," tutur pria kelahiran Kebumen ini menyambung.
Christian juga mengatakan, kala itu, ia sering bermain di depan, sedangkan Ade Chandra mengisi posisi belakang.
Menurutnya, cara main yang demikian merupakan pendekatan ganda putra yang konvensional alias kuno.
"Johan dan Tjun Tjun adalah pemain ganda putra pertama yang bermain dengan rotasi secara efektif. Mereka memenangi enam gelar juara dunia All England dengan pendekatan main seperti itu," ucap Christian Hadinata.
Selain di All England, Johan/Tjun Tjun sukses mengharumkan nama Indonesia pada Piala Thomas edisi 1976 dan 1979.
Duet keduanya tuntas setelah All England 1981, lantaran Tjun Tjun mengalami cedera punggung berkepanjangan.
Adapun berkat kontribusinya di bulu tangkis, nama mereka berdua diabadikan dalam BWF Hall of Fame pada 2009.