Find Us On Social Media :

Alberto Puig Ogah Motor RC213V Disebut sebagai Motor yang Sulit Dikendalikan

Dani Pedrosa (saat masih berhelm Repsol Honda) dan Alberto Puig.

SportFEAT.COM - Manajer tim Repsol Honda, Alberto Puig, tak mau motor RC213V disebut sebagai motor balap yang sulit dikendalikan.

Sudah menjadi kabar lama jika motor Repsol Honda, RC213V, semakin ke sini semakin dianggap sebagai motor yang sulit dikendalikan.

Terutama setelah kemunculan Marc Marquez.

Sejak empat tahun terakhir, sosok Marc Marquez memang menjadi pembalap paling dominan pada kompetisi MotoGP.

Enam gelar Juara Dunia kelas utama pun tak luput dari tangan pembalap asal Spanyol tersebut.

Sejak ditemani oleh Dani Pedrosa hingga Jorge Lorenzo yang kini sama-sama sudah pensiun, ketangguhan Marc Marquez bersama Repsol Honda tak pernah pudar.

Hampir tak ada pembalap lain, khususnya dari tim Honda, yang mampu menyaingi Marquez dalam hal menjinakkan RC213V.

Baca Juga: Prediksi Jorge Lorenzo untuk MotoGP 2020: Marc Marquez Akan Hadapi Perlawanan dari Tiga Pembalap

Baca Juga: Valentino Rossi Mengaku Sempat Hampir Banting Setir Menjadi Pembalap Formula 1

Tak sedikit para pengamat MotoGP bahkan para eks pembalap Honda yang menyebut jika RC213V hanya cocok untuk Marc Marquez.

Beragam opini tentang sulitnya menjinakkan RC213V pun lambat laun seolah menjadi suatu kebenaran.

Menghadapi situasi tersebut, Alberto Puig selaku manajer tim Repsol Honda menyatakan ketidaksetujuannya dengan opini tersebut.

Dilansir SportFEAT.com dari Auto Sport, menurut Puig RC213V sama sekali bukan motor yang sulit dikendalikan.

"Pertama-tama, jelas itu bukanlah sebuah fakta. itu hanya sebuah opini," kata Puig.

"Faktanya justru dalam 18 tahun terakhir, Honda berhasil meraih 10 gelar Juara Dunia dari empat pembalap berbeda," kata dia melanjutkan.

Jika melihat data para pembalap Repsol Honda yang berhasil menjadi Juara Dunia MotoGP, sejauh ini memang terdapat empat pembalap berbeda yang mengukir prestasi tersebut.

Empat pembalap yang dimaksud adalah Valentino Rossi (2002), Nicky Hayden (2006), Casey Stoner (2011) dan Marquez (2013-2014 dan 2016-2019).

"Jadi, berkaca dari fakta tersebut, motor Honda justru menjadi motor yang paling 'mudah' dikendalikan karena tim kami memiliki empat pembalap berbeda yang sudah memenangi gelar Juara Dunia," ucap Puig.

"Saya tidak tahu bagaimana tim lain memandang kami, yang jelas kami tidak ingin terlalu mengkhawatirkan soal hal ini," ucapnya.

Masih menurut Puig, dirinya juga menuturkan jika kehebatan sebuah tim seharusnya tidak hanya dilihat dari aspek motor, tetapi juga dari seluruh tim yang bekerja sama di dalamnya.

Baca Juga: Valentino Rossi, Sosok 'Dewa' MotoGP yang Diidolakan oleh 'Sang Iblis'

"Performa apik dari sebuah tim bukan cuma dilihat dari aspek motornya, melainkan juga dari seluruh lapisan tim yang ada di situ," kata Puig.

"Setiap tim memiliki cara tersendiri dan mereka harus melakukan upaya terbaik mereka (untuk meraih performa terbaik),"

"Kalau kami (Honda) memiliki banyak pembalap yang memenangi gelar Juara Dunia, maka tim lain pun juga berpeluang untuk mencatatkan rekor serupa," kata dia lagi.

Kedigdayaan Honda pada ajang MotoGP dalam beberapa tahun terakhir memang terus menguat.

Satu-satunya tim pabrikan yang mampu menyaingi keperkasaan Honda adalah Yamaha.

Sejauh ini, Yamaha menjadi tim yang memiliki dua pembalap berbeda yang sukses meraih gelar Juara Dunia.

Dua pembalap itu adalah Valentino Rossi (2004-2005, 2008-2009) dan Jorge Lorenzo (2010, 2012, 2015).

 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Siapa yang berpeluang juara? . #europaleague #ligaeuropa #gridnetwork

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on