"Sudahlah, mereka sudah temukan pelatih yang cocok, tinggal cari asisten pelatih lain saja,” tuturnya menambahkan.
Baca Juga: Buntut Kerusuhan Suporter di Bukit Jalil, Indonesia Dihukum Lebih Berat Dibanding Malaysia
Mantan pemain PKT Bontang ini membeberkan alasan mengapa dirinya enggan menerima jabatan menjadi asisten Shin Tae-yong.
Pertama, PSSI tidak bisa memberikan alasan yang memuaskan soal penunjukan dirinya sebagai asisten pelatih asal Korea Selatan itu.
Karena hal itu, Fakhri beranggapan bahwa PSSI telah melecehkan kapasitasnya sebagai pelatih lokal karena dianggap tak mampu menangani tim.
"Kecuali kami gagal kemarin di kualifikasi Piala Asia U-19 atau lolos ke putaran final sebagai runner up terbaik atau lolos dengan tersandung-sandung, okelah," ujar Fakhri.
"Saya tidak melihat alasan seperti itu," papar Fakhri.
Baca Juga: Alasan Unik Mantan Pemain AS Roma Umumkan Pensiun dari Sepak bola, Apa Itu?
Kedua, Fakhri tidak ingin meninggalkan jajaras asisten, "kitman" dan ofisial timnas U-19 yang dinilainya sangat berpengaruh pada kesuksesan Garuda Nusantara.
Pelatih berusia 54 tahun ini tidak ingin terkesan menyelamatkan diri sendiri.
Alasan lain Fakhri Husaini menolak jabatan tersebut karena menurutnya posisi tersebut tidak memberikan tantangan dalam kariernya.
“Kalau saya mau berpikir enak, berpikir nyaman, saya akan menerima jabatan itu. Jabatan asisten pelatih itu paling enak," ujar Fakhri.
"Andai tim gagal, dia tidak diapa-apakan orang, ngumpet di balik ketiak pelatih kepala," ucapnya mengakhiri.
PSSI baru menunjuk dua orang pelatih lokal asal Indonesia yakni Indra Sjafri dan Nova Arianto untuk membantu Shin Tae-yong.