Find Us On Social Media :

Petinggi BAM Masih Kecewa Soal Insiden Kontroversial Lee Zii Jia di All England 2020

Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia.

SportFEAT.COM - Salah satu petinggi BAM masih menyayangkan adanya insiden fault yang dialamatkan kepada Lee Zii Jia pada semifinal All England Open 2020.Salah satu pertandingan yang cukup banyak diingat dari gelaran All England Open 2020 adalah laga antara Lee Zii Jia (Malaysia) versus Viktor Axelsen (Denmark).Pertandingan tersebut tersaji pada babak semifinal All England Open 2020, Sabtu (15/3/2020).Pada laga itu, Lee Zii Jia harus mengaku keunggulan Axelsen dan mengakhuri langkahnya di putaran empat besar.

Kendati pertandingan dan rangkaian turnamen telah selesai, rupanya laga tersebut masih menyisakan sedikit kekecewaan dari pihak Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM).

Bukan karena kekalahan Lee Zii Jia, akan tetapi akibat adanya insiden fault yang terjadi di poin kritis pada pertandingan tersebut.Untuk diketahui, pada laga tersebut, dalam kedudukan 19-19 di gim ketiga alias gim penentuan, Lee yang berusaha menyerobot netting Axelsen dianggap melakukan fault.Wasit menilai, raket Lee lebih dulu menyeberangi net sebelum shuttlecock berada di wilayahnya.

Lee sendiri sudah mengikhlaskan insiden tersebut. Namun, salah satu petinggi BAM masih menyayangkan hal tersebut.Menurut Kepala Komite Pembinaan BAM, Ng Chin Chai, insiden semacam itu seharusnya tidak terjadi.Menurut Ng Chin Chai, para pebulu tangkis memiliki hak untuk menyanggah keputusan wasit soal insiden demikian."Saya sudah melihat berkali-kali video replay tentang insiden fault itu. Dalam kasus Lee ini, agak tidak jelas, apakah shuttlecock masih di area Viktor atau sudah di wilayah Zii Jia," kata Ng Chin Chai dikutip SportFEAT.com dari The Star."Keputusan tersebut bisa terbilang 50:50 (benar salahnya)," imbuh Ng."Wasit seharusnya tetap diam, dan tidak menyerukan fault seperti itu. Dan karena tidak jelas, seharusnya dari situ Zii Jia yang dapat poin karena dia berhasil menampilkan pukulan net yang bagus," kata dia lagi.Kekecewaan Ng Chin Chai terhadap situasi yang cenderung subjektif memang bukan pertama kali ia lontarkan.Ng sendiri juga masih ingat betul soal insiden servis fault yang terjadi pada pasangan ganda putra senior Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong pada final Olimpiade Rio 2016 lalu.Kala itu, Goh/Tan juga dianggap melakukan servis fault pada kedudukan genting dan harus berakhir menelan kekalahan dan meraih medali perak.Ng Chin Chai pun berharap, BWF segera memiliki solusi untuk masalah-masalah demikian.

"Secara umum, kualitas wasit sudah bagus, tapi untuk hakim garis kan sampai sekarang masih diperdebatkan juga jika terkait servis fault," kata Ng."BWF harus cepat mencari cara mengatasi kelemahan-kelemahan seperti ini, mungkin bisa dengan riset dan pengembangan dari sensor laser," "Saya yakin, di masa depan nanti, sensor laser bisa berguna dan mendeteksi batas maksimal untuk melakukan servis," ucapnya.Sejauh ini, salah satu langkah kemajuan yang sudah dilakukan BWF adalah dengan menerakan sistem Hawk-Eye Smart Replay.Tekonologi Hawk-Eye ini sendiri dapat digunakan para pemain untuk meminta challenge dari keputusan hakim garis tentang keluar masuknya shuttlecock dalam melewati batas lapangan.Akan tetapi, teknologi Hawk-Eye di bulu tangkis hanya tersedia pada pertandingan yang dilaksanakan di lapangan utama (Court TV) dan setiap pemain dibatasi untuk meminta maksimal dua kali challenge dalam setiap gim.(*)

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom) pada