SportFEAT.com - Pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian mengungkap alasan belum menerapkan sistem main rangkap pada anak didiknya di pelatnas PBSI.
Melihat pemain Indonesia bermain rangkap adalah salah satu dambaan beberapa penggemar bulu tangkis Indonesia.
Fenomena main rangkap di bulu tangkis memang sudah bukan hal baru.
Pemain ganda putri atau ganda putra merangkap bermain di sektor ganda campuran menghadirkan keuntungan tersendiri.
Biasanya, pemain yang sudah terbiasa bermain rangkap cenderung memiliki stamina lebih kuat saat bermain hingga rubber game di lapangan.
Selain itu dari segi teknis, pemain yang main rangkap bisa meningkatkan dan mempertajam skill mereka.
Misalnya, bagi seorang pemain ganda putri, main di sektor ganda campuran membuat mereka lebih tajam di depan net sebagai play maker dan terbiasa mendapat serangan dari gempuran smes pemain putra.
Atau sebaliknya, pemain putri ganda campuran yang merangkap di ganda putri juga bisa terbiasa mendapatkan posisi sebagai penggebuk di area base line, yang biasanya jadi kelemahan mereka.
Namun begitu, pemandangan main rangkap untuk para pemain Indonesia masih sangat jarang terlihat, khususnya bagi para pemain pelatnas PBSI.
Sejauh ini, mereka yang main rangkap hanya diterapkan saat masih di level junior. Begitu masuk usia senior, para pemain pelatnas PBSI sudah fokus ke satu sektor saja.
Hal ini lah yang rupanya jadi tantangan sekaligus PR bagi pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian.
Eng Hian sebenarnya sangat mendukung jika anak-anak didiknya bisa bermain rangkap.
Baca Juga: Awas Ginting! Juara All England Open 2021 Batal Dikurung demi Kejar Setoran di Olimpiade Tokyo 2020
Namun, ada kendala teknis tersendiri baginya untuk menerapkan sistem main rangkap tersebut.
"Ada beberapa kendala mengenai bermain rangkap. Saya sebenarnya sudah setuju atlet putri bermain rangkap untuk meningkatkan kapasitas mereka, kualitas mereka menjadi lebih cepat," ujar Eng Hian dalam wawancara Ngobrol Bareng Pelatih, yang diprakarsai PBSI via Zoom dan dihadiri BolaSport.com.
"Hal itu kan juga sudah diterapkan negara lain, tetapi kalau di sini masih terkendala karena adanya pengkotak-kotakan di lima sektor. Ini sampai sekarang belum terpecahkan," ujarnya.
Baca Juga: Honda Bagai Tim Neraka yang Kini Menanggung Akibat Fatal 'Mendewakan' Marc Marquez
Eng Hian menyebutkan bahwa pola pikir pemain muda juga masih jadi tantangan tersendiri baginya sebagai seorang pelatih.
Tidak hanya itu, pemain yang sudah bagus di satu sektor, terkadang ada yang kurang minat untuk diajak bermain rangkap.
"Jadi ada pemain di sektor yang lebih baik, kemudian berpikir 'Ngapain gue bermain rangkap?", nah ini pemain muda banyak terkendala hal-hal teknis seperti ini," ucap Eng Hian.
Tidak hanya itu, Eng Hian mengatakan motivasi pemain putri Indonesia terkadang juga kurang kuat, karena ada yang berpikir bahwa mereka akan menjadi istri dan ibu rumah tangga.
"Jujur, hal ini masih belum bisa saya pecahkan. Tidak semudah itu kami memberikan masukan secara lisan, lalu mereka berubah. Tapi mudah-mudahan saya bisa mengemban tugas ini, diberi tanggung jawab dari PBSI bagaimana mengasah mental pemain-pemain muda agar lebih kuat," kata mantan partner Flandy Limpele itu.
Eng Hian juga menuturkan bahwa potensi pemain bisa main rangkap sudah dilihat sejak usia junior.
"Dari usia junior, kalau mereka sudah bisa menjuarai turnamen Super 500, kita (pelatih) akan lihat dia potensinya di mana, di ganda campuran atau ganda putri," ucap Eng Hian.