SportFEAT.COM - Jebolan PB Djarum angkatan 1998, Agung Budi, kini banting setir sebagai pengusaha yang bergerak di bidang pengadaan shuttlecock.
PB Djarum merupakan salah satu akademi bulu tangkis terbaik di Indonesia.
Klub badminton yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah ini telah menelurkan banyak pemain hebat untuk Tanah Air.
Sebut saja dari generasi Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, Icuk Sugiarto, Yuni Kartika, Praveen Jordan hingga Kevin Sanjaya adalah bukti shahihnya.
Baca Juga: 2 Atlet Kena Masalah, Begini Tanggapan Coach Naga Api soal Tes Fisik Ganda Putra Indonesia
Namun demikian, bukan berarti PB Djarum tak selamanya sukses mencetak pemain top.
Salah satunya seperti yang dialami Agung Budi.
Sosok jebolan PB Djarum angkatan 1998 itu adalah salah satu yang gagal menjadi pemain top.
Meski prestasi di olahraga bulu tangkis kurang moncer, hal tersebut tak menyurutkan kecintaannya terhadap dunia tepok bulu.
Ia pun memutuskan membanting setir menjadi seorang pengusaha di bidang pembuatan shuttlecock.
Bisnis yang dijalananinya ini terbilang sukses.
Agung benar-benar fokus mengurus bisnisnya di bidang produksi shuttlecock pada 2017 lalu dan diberi nama "Uber" yang mempunyai arti Ucap Berkat.
"Tujuan utama saya menekuni bisnis ini selain mencari penghasilan, saya pun ingin mengabdi untuk terus mendukung dan memajukan bulutangkis Indonesia kedepannya,” kata Agung, dikutip dari laman PB Djarum.
Baca Juga: 8 Pebulu Tangkis Malaysia Kembali Positif Covid-19, Bagaimana Nasib Lee Zii Jia?
Sejauh ini, Agung mengaku sudah mempunyai 4 pabrik yang tersebar di Yogyakarta, dengan jumlah pegawai 50 orang.
Agung juga menceritakan produknya tersebut bisa terjual sebanyak 3.000 slop ke seluruh Indonesia dan mempunyai langganan dari beberapa klub badminton.
"Satu bulan kira-kira sekitar 3.000 slop yang terjual," ungkap Agung Budi.
"Selain penjualan melalui online, kita pun sudah punya pelanggan tetap baik itu klub bulutangkis seperti PB Djarum dan juga GOR-GOR dibeberapa daerah di Indonesia,” tutupnya.
Uber Shuttlecock sendiri terdiri dari empat jenis dan mempunyai harga yang beragam.
Mulai dari harga Rp. 50.000 hingga Rp. 75.000 tergantung kebutuhan dan kondisi lapangan masing-masing GOR.