Find Us On Social Media :

Hormat Komandan! Jorge Lorenzo Sebut Ayahnya Seperti Adolf Hittler Gara-gara Hal Ini

Jorge Lorenzo saat mengaspal di Sirkuit Ricardo Tormo untuk menjalani salah satu sesi latihan bebas MotoGP Valencia 2019, Jumat (15/11/2019)

SportFEAT.COM - Mantan juara dunia MotoGP Jorge Lorenzo, menceritakan pengalaman unik saat dirinya terjun ke dunia balap. Ada pengaruh sang ayah.

Jorge Lorenzo merupakan salah satu pembalap terbaik yang pernah lahir.

Pria berkebangsaan Spanyol itu mulai terjun ke kelas premier MotoGP pada 2007 lalu.

Lorenzo meraih gelar juara dunia pertamanya dua tahun kemudian bersama Yamaha.

Total, mantan pembalap Ducati tersebut sudah memenangi tiga titel juara dunia.

 Baca Juga: Investasi Ribuan Jam Bikin Pembalap asal Afrika Selatan Ini Sumringah

Akan tetapi, perjalanan Lorenzo di MotoGP hanya berlangsung singkat karena dirinya telah memutuskan pensiun sejak 2019 silam.

Tim terakhir yang dibela mantan juara dunia kelas 250cc itu adalah Repsol Honda.

Setelah memutuskan gantung helm, Lorenzo sempat bekerja untuk Yamaha sebagai pembalap penguji.

Sayangnya, hal tersebut hanya berlangsung singkat dan pabrikan berlogo garpu tala lebih memilih Cal Crutchlow sebagai pengganti Lorenzo.

Kini, Jorge Lorenzo lebih sering menghabiskan waktu di luar arena lintasan balap dan fokus membesarkan channel YouTube pribadinya.

Di balik perjalanan karier karier balap yang cukup mengesankan, Jorge Lorenzo mengakui ada peran sang ayahnya, Chico Lorenzo.

Baca Juga: Demi Gelar Juara Dunia MotoGP 2021, Pewaris Casey Stoner Rela Lakukan Hal Ini

Chico Lorenzo yang kebetulan seorang mantan rider top Spanyol itu dengan sengaja mengenalkan dunia balap kepada sang anak.

Hal inilah yang kemudian membuat Jorge Lorenzo menyebut sang ayah seperti pemimpin otoriter Nazi, Adolf Hitler.

Chico memaksa anaknya menekuni dunia balap bahkan saat Jorge Lorenzo masih berusia tiga tahun.

"Ayah saya yang membawa saya ke dunia ini, karena itu adalah passion-nya, dia membuatkan saya sebuah sepeda motor ketika saya berumur 3 tahun," kenang Lorenzo.

"Ayah saya seperti seorang sersan, katakanlah semacam Hitler, semacam pelatih senam olahraga Cina atau Rusia," timpalnya, seperti dikutip SportFeat.com dari motosan.es.

Lebih lanjut, pria berjulukan X Fuera itu juga menceritakan bahwa ayahnya merupakan sosok yang telah mengajarkannya arti sebuah kedisiplinan lewat olahraga balap.

"Dia mengajari saya banyak nilai olahraga yang membuat saya mendisiplinkan diri, bahwa tidak ada yang terjadi dengan keberuntungan, tetapi dengan pekerjaan," ucap Lorenzo.

"Dia memberi tahu saya bahwa ketika saya berusia dua atau tiga tahun, kami akan berkeliling kota dan melihat jendela sebuah dealer sepeda motor dan saya akan berlari untuk melihat sepeda motor itu.

"Saya memilikinya sedikit di pembuluh darah saya," lanjut pria kelahiran Palma ini.

Baca Juga: MotoGP Jerman 2021 - Berkuasa Satu Dekade, Marc Marquez Diuntungkan Karakter Sirkuit Sachsenring

Disinggung mengenai kehidupan yang ia jalani sekarang, Jorge Lorenzo merasa lebih senang ketimbang saat dirinya masih aktif sebagai pembalap.

"Saya lebih bahagia daripada ketika saya berlari, karena kenyataannya saya sangat perfeksionis, dan ketika saya melakukan sesuatu, saya melakukannya seribu kali lipat," ujar Lorenzo.

"Saya sepanjang hari memikirkan bagaimana menjadi lebih baik, memikirkannya sepanjang hari. Sesi ganda hampir setiap hari, enam atau tujuh jam pelatihan…"

Meski begitu, Lorenzo tak menampik bahwa dirinya sesekali merindukan suasana paddock.

"Saya rindu menang, saya selalu sangat kompetitif, sejak saya kecil saya memiliki gen kompetitif itu. Yang saya suka adalah menang, lebih dari mengendarai sepeda motor," tegas Lorenzo.

"Mengendarai sepeda motor adalah alat untuk menang," tutup pria berusia 35 tahun tersebut.