Di laga tersebut, Watanabe/Higashino harus berjibaku tiga gim selama 68 menit meladeni permainan Hafiz/Gliria.
Sementara Tang/Tse, di babak perempat final sebelumnya menang cukup mudah atas lawannya Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran dengan hanya 30 menit (21-11, 21-11).
"Dari jangka waktu pertandingan sebelumnya pun berbeda, kami bermain lebih lama dibandingkan mereka (Tang/Tse) di babak sebelumnya (perempat final, red)," kata Yuta Watanabe.
"Hal itu mempengaruhi permainan kami. Tetapi kami tidak ingin hal itu jadi alasan," tambahnya.
Di sisi lain, bagi Hafiz/Gloria, pertandingan melawan Watanabe/Higashino kemarin justru jadi berkah tersendiri.
Meski mereka kalah, laga kemarin berhasil mengembalikan kepercayaan diri dan permainan mereka yang sesungguhnya bisa keluar.
"Meski kalah, pasti ada rasa kecewa ya, tetapi di balik itu, kami lebih puas kalah seperti ini dibandingkan waktu di Denmark," ujar Gloria.
"Dari saya pribadi, kepercayaan diri saya sempat drop pas di Denmark kemarin. Kalah di babak pertama, permainan tidak keluar sama sekali. Sulit mengembalikan rasa pede setelah itu," ungkap Gloria.
"Semua kami lakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri. Makin banyak berdoa dan latihan, faktor teknis dan non-teknis kami kembangkan lagi. Setelahnya ya harus dicoba di lapangan, dan bersyukur kami di sini bisa mencapai delapan besar," imbuh dia.