SportFEAT.COM - Pesepak bola terkaya di dunia Faiq Bolkiah, kini bestatus tanpa klub usai tak diperpanjang oleh klub Portugal, Maritimo.
Sebuah kabar mengejutkan datang dari pesepak bola terkaya di dunia, Faiq Bolkiah.
Sekadar informasi, Faiq Bolkiah adalah keponakan dari raja Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah.
Harta Faiq Bolkiah sendiri ditaksir mencapai 13 miliar poundsterling (sekitar Rp 246 triliun).
Baca Juga: Piala AFF 2020 – 2 Hal yang Ditakuti Pelatih Malaysia Jelang Bentrok Lawan Indonesia
Faiq Bolkiah baru saja didepak dari klubnya saat ini, Maritimo.
Kontestan Liga Portugal itu memutuskan untuk tak mempermanenkan Faiq Bolkiah.
Tak diketahui secara pasti alasan Maritimo tidak melanjutkan kerja sama dengan Faiq Bokiah.
Maritimo saat ini menduduki peringkat ke-15 dari 18 peserta di kompetisi kasta teratas Liga Portugal.
Kabar mengenai "pemecatan" Faiq Bolkiah telah diumumkan secara resmi oleh pihak klub lewat akun media sosial.
"Kami telah mencapai kesepakatan dengan Faiq Bolkiah untuk membatalkan kontraknya," tulis Maritimo, dikutip SportFeat dari Harian Metro.
"Kami berterima kasih padanya atas usaha dan dedikasi yang telah dia tunjukkan sepanjang waktunya bersama klub dan berharap dia sukses."
Dalam sumber yang sama, Faiq Bolkiah diketahui belum sekali pun beraksi bersama tim utama.
Pemain berusia 23 tahun itu tercatat baru dua kali tampil dengan Maritimo B.
Terlepas dari itu, karier Faiq Bokiah di dunia sepak bola sejatinya cukup mentereng.
Di awal karier sepak bolanya, Faiq sempat menimba ilmu di beberapa klub Liga Inggris.
Sebut saja Southampton, Arsenal dan Chelsea.
Faiq Bolkiah bahkan pernah menandatangni kontrak profesional selama tiga musim bersama Leicester City.
Meski begitu, Faiq belum sekali pun merasakan membela tim utama klub berjuluk The Foxes tersebut.
Ia lebih sering memperkuat tim reserve dan dipinjamkan hingga kontraknya berakhir.
Faiq Bolkiah lantas memilih untuk hijrah ke Portugal untuk memperkuat Maritimo.
Sayangnya harapan untuk melanjutkan karier profesional di Benua Eropa kandas setelah Maritimo memilih untuk tak meneruskan kerja sama.