"Jujur, pusing saat Febby keluar. Kami membentuk pemain agar selalu ada progres," ungkap Eng Hian dikutip dari BolaSport.com.
Baca Juga: Marc Marquez Pesimis, Kelemahan Honda Bakal Makin Terlihat di Sirkuit Phillip Island
"Jadi, seperti levelnya Apri sampai ke Ribka itu kan dengan progress latihan disini dari hari ke hari sampai beberapa tahun sifatnya akumulasi.
"Siapa si A dan si B yang bisa bersaing ke level atas.
"Banyak pemain muda yang bagus-bagus, tetapi tidak mungkin kami pasangkan Ribka dengan pemain kelahiran 2004, 2005 karena masih butuh waktu lagi," lanjut dia.
Dengan kepergian Febby, rencana program pelatihan yang ia canangkan kepada Febby/Ribka jadi buyar.
"Yang bikin pusing ini kayak Febby. Dia sudah mengikuti program intensif berapa lama disini yang dianggap memenuhi syarat untuk ke level atas," keluh Eng Hian.
Baca Juga: Namanya Tak Lagi Tercantum di Daftar Ranking BWF, Peraih Perak Olimpiade Tokyo 2020 Pensiun?
"Tiba-tiba dia mengundurkan diri. Tetapi, saya harus cari lagi. Febby keluar mendadak, dia berbicara saat di Malaysia."
"Mungkin selama ini dia tidak masuk prioritas, masih dalam tahap back up. Saat dia menjadi pemain prioritas, mungkin yang tidak bisa dia tahan adalah target.
"Kalau sudah skala prioritas yang diharapkan bukan pengalaman, tetapi hasil. Itu yang sepertinya cukup membuat dia stres."