Find Us On Social Media :

Sepakat dengan Rossi, Davide Brivio Mulai Cium Aroma Kemunduran Pabrikan Jepang di MotoGP

Manajer Tim Suzuki Ecstar, Davide Brivio (kiri), merayakan gelar juara dunia yang diraih pembalapnya, Joan Mir (kanan), setelah balapan MotoGP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Spanyol, 15 November 2020.

SportFEAT.com - Sama seperti pandangan Valentino Rossi, Davideo Brivio juga merasakan adanya kemunduran tim pabrikan Jepang yang kalah saing dengan tim Eropa di MotoGP.

Padahal, tim-tim pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha, sudah dikenal hebat dalam merajai ajang MotoGP.

Namun pemandangan di MotoGP 2022 benar-benar sudah berubah drastis.

Dominasi tim pabrikan Jepang sudah tidak setangguh dulu, apalagi kian terlihat rapuh dengan fakta bahwa Suzuki pun mundur dari MotoGP per musim depan.

Artiya, grid MotoGP 2023 musim depan hanya akan diperkuat dua tim asal Jepang yakni Honda dan Yamaha.

Mirisnya, dua tim besar itu malah sedang dalam fase anjlok.

Ducati jelas menjadi pendominasi MotoGP saat ini, namun kebangkitna Aprilia mungkin yang paling lebih membuat Honda dan Yamaha mungkin harap-harap cemas.

Sebelumnya, Valentino Rossi sudah berujar bahwa ada sesuatu yang harus diubah oleh mindset pabrikan Jepang dalam menanggapi perubahan MotoGP era sekarang.

Baca Juga: Valentino Rossi Punya Nasehat untuk Pabrikan Jepang Agar Mampu Kembali Bersaing dengan Tim-tim Eropa

Dan sekarang, Davide Brivio pun juga sepakat. Mantan manajer tim Suzuki Ecstar itu juga prihatin dengan mundurnya performa tim-tim Jepang.

Apalagi musim depan, Yamaha cuma jadi tim sebatang kara, tanpa tim satelit setekah RNF Racing lebih memilih jadi tim satelit Aprilia.

Sebuah kondisi yang tidak ideal untuk tim pabrikan Iwata jika hanya mengandalkan dua pembalap saja di tengah dominasi Ducati yang semakin menggila.

"Saya khawatir dengan dua pabrikan Jepang lainnya (Honda dan Yamaha, red)," ujar Davide Brivio dikutip Sportfeat dari Motorsport Total.

"Saya pikir mereka harusnya perlu mengubah langkah mereka untuk mengimbangi persaingan yang ada," katanya lagi.

Prinsip kuat yang tertanam di petinggi pabrikan Jepang memang sulit diubah.

Filosofi cara kerja mereka masih mengandalkan hal-hal di masa lalu, sementara kecanggihan seperti yang dilakukan Ducati, jarang mau diikuti.

Dengan dalih, mereka punya cara sendiri untuk memajukan teknologi. Mungkin, gengsi tinggi sebagai pabrikan motor besar di dunia melingkupi cara kerja mereka.

"Teknologi olahraga MotoGP ini berkembang," kata Brivio.

"Ini sudah berubah dan semuanya sudah berkembang. Mungkin orang Jepang lengah. Tapi kalau mereka mau bertahan di ajang ini, ya mereka harus mau mengubah beberapa hal," tandas Brivio.