SportFEAT.COM - Anders Antonsen (Denmark) punya alasan tersendiri dibalik penampilannya yang jauh di bawah harapan pada final Kejuaraan Dunia 2019, Minggu (25/8/2019).
Anders Antonsen menjadi satu-satunya wakil dari Eropa yang berhasil menembus laga final Kejuaraan Dunia 2019.
Pada laga puncak Kejuaraan Dunia 2019, tunggal putra yang menyandang status unggulan kelima itu berhadapan dengan Kento Momota (Jepang).
Kento Momota sendiri adalah unggulan teratas sekaligus juara bertahan di kompetisi tersebut.
Pertemuan antara Anders Antonsen dengan Kento Momota kala itu pun menjadi yang kelima kalinya.
Pada pertemuan terakhir yang terjadi di final Indonesia Masters 2019, Januari lalu, Antonsen mampu meredam aksi Momota.
Duel mereka pun saat itu berlangsung sengit hingga tiga gim, sebelum akhirnya Antonsen mampu memastikan diri keluar sebagai jawara.
Berdasarkan riwayat pertemuan tersebut, tak salah jika banyak para kalangan penggemar bulu tangkis menunggu-nunggu duel tunggal putra dari dua benua berbeda itu.
Baca Juga: Jadi Juara Dunia 2019, PV Sindhu Melepas Julukan 'Silver Queen'
Perhatian jelas lebih terfokus pada Anders Antonsen.
Sebab sebelum memijak laga puncak Kejuaraan Dunia 2019, wakil Negeri Skandinavia itu berhasil tampil impresif di fase-fase awal.
Chen Long (China), Kanta Tsuneyama (Jepang) dan Liew Daren (Malaysia) berhasil dia libas.
Adapun di semifinal, Antonsen mampu menundukkan tunggal putra Thailand yang tengah naik daun, Kantaphon Wangcharoen.
Duel antara Antonsen dengan Momota pada final Kejuaraan Dunia 2019 pun ditunggu-tunggu.
Baca Juga: Kado Istimewa bagi Hendra Setiawan di Kejuaraan Dunia 2019
Apalagi pada saat memasuki lapangan pertandingan, Antonsen terlihat percaya diri dengan berjalan mengenakan bendera Denmark.
Pada awal gim kesatu, Antonsen mampu unggul cukup jauh hingga 6-2.
Akan tetapi, setelah itu yang terjadi justru sebaliknya. Laga sengit nan alot yang didambakan antara Antonsen dengan Momota gagal terjadi.
Tak banyak reli panjang terjadi. Sebagian besar poin yang didapat oleh Momota berasal dari unforced error alias kesalahan Antonsen sendiri.
Gim kedua bahkan justru berjalan lebih buruk bagi Antonsen. Dia seolah serba salah dalam melakukan pukulan dan terus memberi poin gratis kepada Momota.
Alhasil, pada akhirnya Antonsen harus puas dengan medali perak Kejuaraan Dunia 2019 setelah takluk dari Kento Momota dengan skor 21-9, 21-3.
Highlights | ???????? @momota_kento joins Yang Yang, Lin Dan and Chen Long as the fourth man in history to retain World Championships title ????
Follow LIVE: https://t.co/WYFILldUvo#TOTALBWFWC2019 #Basel2019 pic.twitter.com/GQd1C4UfwP
— BWF (@bwfmedia) August 25, 2019
Skor tersebut bisa dibilang cukup telak dalam pertandingan final sekelas Kejuaraan Dunia.
Penampilan Antonsen pun benar-benar jauh dari harapan dirinya sendiri.
Namun dibalik kekalahan tersebut, rupanya pemain 22 tahun itu memiliki alasan tersendiri.
"Sejujurnya saya benar-benar sangat lelah," kata Antonsen dilansir SportFEAT.com dari laman BWF.
"Saat saya bangun pagi ini (Minggu -red), saya sudah kepikiran bagaimana laganya akan berjalan, saya sudah merasa takut jika berakhir seperti ini," ungkapnya.
Pada pertandingan tersebut, Kento Momota memang sebenarnya tak banyak terlihat mendominasi.
Namun, kualitas pukulan dari jawara All England Open 2019 itu memang diakui Antonsen sendiri sangat matang.
Kendati berusaha untuk menunjukkan permainan terbaiknya, Antonsen masih tak bisa lepas dari tekanan.
"Saya sudah mencoba yang saya mampu. Awalnya dia beberapa kali melakukan kesalahan sendiri, di situ saya merasa ada kesempatan," ucap Antonsen.
"Tetapi ketika dia berhasil menyamakan kedudukan, dia benar-benar bermain sangat bagus. Saya terlalu lelah untuk menerapkan startegi apapun,"
"Ini benar-benar bukan cara yang bagus untuk kalah dengan cara seperti itu," ucapnya menyesali.
Baca Juga: 4 Penderitaan Andrea Dovizioso pada MotoGP Inggris 2019
Salah satu pelajaran penting yang dipetik oleh Antonsen adalah dia wajib terus mengasah kemampuannya di bagian depan net dan tak bisa terus menerus memainkan pola serangan yang sama kepada setiap lawan.
"Tahun lalu saya memperkuat defens saya. Tetapi kali ini saya berusaha untuk meningkatkan serangan saya dan permainan di depan net," tutur Antonsen.
"Saya tidak bisa terus-menerus menggunakan gaya bermain saya sekarang ini karena alwan pasti akan membaca pergerakan saya. Jadi, saya akan terus berusaha untuk memiliki variasi serangan lain," ucap dia memungkasi.
Source | : | BWF Badminton |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |