Baca Juga: Setelah 999 Hari, Tai Tzu Ying Terhempas dari Posisi Dua Besar Dunia
Ketika Saina Nehwal berada di masa puncak kejayaan sekitar enam tahun lalu, dia berusia 23 tahun.
Dan di saat yang sama, kala itu Sindhu yang masih berusia 18 tahun sudah berhasil menyabet medali perunggu Kejuaraan Dunia 2013.
Adapun sekarang Sindhu yang berhasil menjadi Juara Dunia 2019 sudah menginjak usia 24 tahun.
Namun, Gopichand sendiri mengaku belum melihat adanya tanda-tanda sosok pengganti Sindhu.
Gopichand mulai khawatir bahwa India bakal sulit menemukan talenta seperti Saina maupun Sindhu untuk generasi mendatang.
"Faktanya, saat ini nama-nama seperti Saina, Sindhu, (Kidambi) Srikanth, Sai (Praneeth), Prannoy, yang kini masih jadi ujung tombak bulu tangkis kami adalah nama-nama yang sudah muncul sejak lima hingga 10 tahun lalu," ujar Gopichand, dikutip SportFEAT.com dari Times of India.
"Kami benar-benar memiliki kekosongan yang besar dalam hal menghasilkan pelatih yang berkualitas. Ini bukan soal program latihan, tetapi lebih ke masalah sistem kepelatihan kami," ujarnya.
"Kami mesti menemukan solusi untuk menjembatani gap besar ini," imbuh dia.
Baca Juga: Kesaksian Jack Miller Atas Insiden Quartararo-Dovizioso di Inggris
Saat ini India sudah memiliki beberapa pelatih asing yang di antaranya berasal dari Indonesia seperti Flandy Limpele, Namrih Suroto, Dwi Kristiawan serta dua pelatih dari Korea Selatan, Kim Ji-hyun dan Park Tae-sang.
Beberapa pelatih asli India pun masih ada yang bernaung di bawah BAI. Namun, jumlah ini dirasa belum cukup bagi Gopichand.
"Masih belum cukup. Kami membutuhkan jumlah yang lebih banyak pelatih berkualitas untuk menjadikan pemain kami masuk dalam jajaran pemain elite dunia," kata dia.
Aspek pelatih menjadi perhatian besar bagi Gopichand lantaran skuad pemain junior India kini mulai bermunculan.
Sebut saja seperti Lakshya Sen, yang baru-baru ini mulai moncer di turnamen internasional.
Baca Juga: Menunggu Kembalinya Performa Anthony Ginting di Tanah Changzhou
Gopichand yang juga mantan tunggal putra itu khawatir, bahwa bakat-bakat para pemain muda India akan berakhir sia-sia jika tak bisa mendapat sistem pelatihan yang mumpuni untuk mengangkatnya ke level senior.
Gopichand sendiri sudah dikeluarkan dari kewenangannya untuk megatur perkembangan para pemain junior.
BAI sendiri diketahui hanya membolehkan para pemain peringkat 30 besar dunia yang dibiayai untuk mengikuti turnamen internasional.
Selain itu, porsi pembiayaan untuk pemain senior mencapai 90 persen, sementara junior "hanya" 10 persen.
Ketidakseimbangan inilah yang membuat Gopichand khawatir dapat melukai bulu tangkis India di masa depan.
Source | : | Times of India |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |