Akan tetapi, mereka justru merasakan keanehan yang lain pada laga tersebut.
Pasangan yang menyandang status unggulan teratas itu mengaku cukup terkejut dan kerepotan dengan kondisi shuttlecock yang digunakan pada turnamen BWF World Tour Super 100 itu.
Bahkan, menurut Fajar, dengan kondisi shuttlecock yang kencang, pola bermain bertahan pun akan sulit untuk diterapkan.
"Pertama, memang tadi waktu main itu masih merasa agak aneh, mungkin karena baru pertama kali. Kalau kondisi lapangan dan angin sih kurang lebihnya tidak begitu ada masalah," ujar Fajar, dikutip SportFEAT.com dari Djarum Badminton.
"Tapi justru arah shuttlecock-nya yang susah diatur. Jadi gampang out. Kalau dapat shuttlecock yang seperti ini kayanya nggak akan ada reli dan nggak bisa main defend, karena shuttlecock-nya benar-benar kencang," imbuhnya.
Warbyasaaak yaa~#DjarumBadminton #YuzuIndonesiaMasters2019 pic.twitter.com/vA5FZVkJ9Q
— Djarum Badminton (@DjarumBadminton) October 2, 2019
Baca Juga: 'King' Kento Momota Makin Kokoh, Anthony Ginting dan Jonatan Masih Aman di 10 Besar Dunia
Namun begitu, pemain 24 tahun itu enggan menjadikan hal tersebut sebagai alasan.
Terlebih, bukan cuma mereka saja yang merasakan kondisi demikian, melainkan semua pemain di turnamen itu.
"Sebetulnya dengan kondisi shuttlecock yang seperti ini kita harus tetap dan selalu siap. Karena setiap pertandingan juga kan pasti shuttlecock-nya beda-beda," ujarnya.
"Walaupun sedikit berpengaruh tapi itu adalah sebagian dari resiko yang harus kita hadapi. Intinya kita harus lebih siap dan coba untuk lebih adaptasi lagi dengan shuttlecock," kata Fajar lagi.
Baca Juga: Makna di Balik Kembalinya Fajar/Rian Menduduki Peringkat 5 Dunia
Source | : | djarumbadminton |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |