SportFEAT.COM - Ada satu pelajaran besar yang membuat Marc Marquez kini mampu tampil impresif hingga meraih gelar Juara Dunia hingga delapan kali.
Marc Marquez baru saja merengkuh titel Juara Dunia kedelapan sepanjang kariernya setelah memenangi MotoGP Thailand 2019.
Gelar Juara Dunia Marc Marquez tersebut kian istimewa, lantaran didapat melalui aksi dramatis.
Seperti diberitakan SportFEAT.com sebelumnya, pembalap Repsol Honda itu melakukan manuver tajam terhadap Fabio Quartararo (Petronas Yamaha SRT) pada akhir lap di sirkuit Buriram.
Kemenangannya di GP Thailand 2019 pun kian membuatnya kokoh di klasemen sementara MotoGP 2019.
Bahkan, koleksi poin Marquez pun tak main-main, yakni sebanyak 325 poin.
Poin sebanyak itu semakin mendekatkan Marquez menuju torehan poin terbanyak milik Jorge Lorenzo (383 poin -red) yang pernah meraihnya dalam satu musim kompetisi MotoGP pada 2010 lalu.
Baca Juga: Jadi Korban PHP Marc Marquez Lagi, Fabio Quartararo Sama Sekali Tak Kapok
Selain itu, gelar juara dunia yang dimiliki Marquez pun terbilang fantastis.
Sejak debutnya di kelas utama pada 2013, Marquez hanya gagal melanjutkan tradisi juara dunia pada 2015.
Artinya, dalam tujuh tahun terakhir, pembalap berkebangsaan Spanyol 26 tahun itu sangat dominan merajai kompetisi MotoGP.
Namun demikian, tentu perlu diingat bahwa tidak ada kesuksesan yang diraih secara instan.
Pun demikian bagi Marquez.
Una vez más nos dejas a todos sin palabras! Conseguirás TODO lo que te propongas porque eres un ejemplo como profesional. A pesar de tus ???? campeonatos sigue siendo el hermano “cabroncete” que eres! Te quiero ???????? pic.twitter.com/yaNPB9jVOd
— Alex Márquez (@alexmarquez73) October 6, 2019
Salah satu penyebab Marquez tak berhasil merengkuh gelar juara dunia pada 2015 adalah sering kali terjatuh. Kala itu, dia "hanya" mampu memetik lima kemenangan dari lima seri MotoGP 2015.
Namun, disitulah rupanya Marquez banyak memetik pelajaran.
"Terkadang kita harus mundur satu langkah agar mampu melangkah lebih jauh," ujar Marquez dikutip SportFEAT.com dari laman Crash.net.
"Saat ini saya merasa masih muda, tapi pada 2015 lalu itu saya masih berusia 22 atau 23 tahun, saya itu masih sangat muda,"
"Saya belum memiliki banyak pengalaman dan saya banyak belajar pada tahun itu karena saya sering mengalami crash di balapan,"
"Sekarang saya bisa katakan itu sudah tidak lagi menjadi kelemahan saya," kata dia menambahkan.
Baca Juga: Gara-gara Hal Ini, Valentino Rossi Terpaksa Memperlambat Lajunya di GP Thailand 2019
Satu-satunya kegagalan The Baby Allien merebut gelar juara dunia 2015 rupanya adalah titik balik konsistensinya hingga saat ini.
Dituturkan oleh Marquez, pada 2015 momok terbesar dalam kariernya saat itu adalah mempertahankan konsistensi.
"Kelemahan saya adalah konsistensi. Setiap tahun saya berusaha mempertahankannya tapi sulit. Karena tentu sulit menerima perubahan dari tahun ke tahun," ucap Marquez.
"Tapi khusus di tahun ini, justru konsistensi sudah menjadi seusatu yang bisa sayaka katakan sebagai kelebihan. Ini sangat berarti bagi tim kami yang sudah sama-sama bekerja sama," imbuh dia.
Source | : | Crash.net |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |