Dalam kontemplasinya itu, Rossi langsung teringat dengan kemenangan bersejarah yang diukir di Afrika Selatan pada 2004.
Seri pembuka MotoGP 2004 tersebut terasa begitu spesial bagi Valentino Rossi karena menjadi kemenangan perdananya bersama Yamaha.
Saat itu, Rossi membuat keputusan berani dengan meninggalkan Honda meski sebelumnya menjalani empat musim (2000-2003) indah lewat tiga gelar juara dunia di kelas utama.
"Kemenangan di Afrika Selatan 2004 adalah yang terindah," tutur Valentino Rossi dikutip SportFEAT.com dari wawancara panjangnya bersama La Gazzetta dello Sport.
"Saya meninggalkan Honda yang saat itu memiliki motor terbaik untuk pergi ke Yamaha yang sedan berada dalam masa sulit. Itu kepurusan gila," ujarnya melanjutkan.
Baca Juga: Valentino Rossi Ungkap 2 Sumber Masalah yang Bikin MotoGP Australia 2019 Berakhir Antiklimaks
Meski tak pernah menyesali keputusan tersebut, Rossi merasa bisa lebih mudah memecahkan rekor di MotoGP jika tetap bertahan di Honda.
"Terkadang saya bertanya-tanya berapa gelar yang bisa saya menangi jika tetap bertahan di Honda. Mungkin saya sudah melewati rekor Giacomo Agostini," ujar Rossi.
"Bersama Yamaha, peluang saya lebih kecil tetapi kemenangan yang saya raih terasa lebih indah," tuturnya melanjutkan.
Dalam wawancara yang sama, Valentino Rossi juga berbicara soal masa terburuk dalam kariernya kala memperkuat Ducati.
Bersama Ducati, musim 2011-2012, Rossi tampak mengalami kesulitan adaptasi yang dibuktikan dengan pencapaiannya yang anjlok.
Dari catatan SportFEAT.com, The Doctor tak mampu sekalipun meraih kemenangan bersama pabrikan asal Italia itu dan hanya tiga kali naik podium.
Bahkan pada musim perdananya bersama Ducati, Valentino Rossi mencatatkan musim dengan torehan poin paling sedikit selama berkarier di kelas utama MotoGP.
Source | : | tuttomotoriweb.com |
Penulis | : | Doddy Wiratama |
Editor | : | Doddy Wiratama |