"Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Amin."
Dunia bulutangkis Indonesia berduka.
Telah meninggal dunia salah satu putra terbaik, salah satu legenda, Johan Wahjudi.
Atas nama keluarga besar PBSI, kami mengucakan turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya.
Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Amin. pic.twitter.com/PEyP0tR42f
— BADMINTON INDONESIA (@INABadminton) 15 November 2019
Tokoh-tokoh bulu tangkis Indonesia pun tak henti-hentinya menyampaikan duka mendalam terhadap salah satu pemain ganda putra terbaik dunia asal Indonesia itu.
Salah satunya datang dari mantan pemain Pelatnas yang kini juga aktif sebagai komentator, Yuni Kartika, melalui akun twitter pribadi miliknya.
"Dunia bulu tangkis kehilangan salah satu legendanya. Telah meninggal dunia, Johan Wahjudi, semoga diterima di sisi Tuhan YME & kel yg ditinggalkan diberikan ketabahan. Amin," tulis Yuni dalam Twitter.
Dunia Bulutangkis kehilangan salah satu legenda nya. Telah meninggal dunia, Johan Wahjudi, semoga diterima disisi Tuhan YME & kel yg ditinggalkan diberikan ketabahan. Amin ???????????? #rip #johanwahyudi #badminton #legendabulutangkisindonesia pic.twitter.com/5cRnbSEb7N
— YUNI KARTIKA (@YuniKartika73) 15 November 2019
Johan Wahjudi adalah salah satu pemain andalan Indonesia di era 1970-an.
Johan lahir pada tanggal 10 Februari 1953 di Malang, Jawa Timur.
Awal kariernya di dunia tepok bulu bisa dikatakan tak pernah disangka.
Sebab, awalnya Johan Wahjudi hanyalah pemain yang menggantikan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia lainnya, Rudy Hartono.
Rudy Hartono, yang sebelumnya berpasangan dengan Tjun Tjun, harus rela berpisah karena dirinya fokus ke nomor tunggal putra.
Roda berputar 180 derajat kala Johan Wahjudi dipilih untuk menemani Tjun Tjun bermain di nomor ganda putra.
Dilansir SportFEAT.com dari PB Djarum, peristiwa tersebut terjadi pada 1972 kala Indonesia menjadi tuan rumah ajang Invitasi Dunia
Di ajang tersebut, Johan Wahjudi bersama dengan Tjun Tjun sukses menumbangkan juara All England saat itu, Christian Hadinata/Ade Chandra, di partai puncak.
Berawal dari itulah, duetnya bersama Tjun Tjun mampu menggebrak dunia lewat prestasi yang dicetak.
Johan/Tjun berhasil menyabet gelar turnamen bulu tangkis tertua di dunia All England sebanyak enam kali (1974, 1975, 1977, 1978, 1979, dan 1980).
Johan Wahjudi/Tjun Tjun juga tercatat sebagai juara dalam edisi pertama Kejuaraan Dunia IBF (sekarang BWF) di Malmo, Swedia, pada 1977.
Deretan gelar juara berbagai turnamen bergengsi dunia membuat Johan/Tjun mendapat pengakuan dari dunia internasional.
BWF memasukkan Johan Wahjudi dan Tjun Tjun sebagai anggota kehormatan Hall of Fame pada 2009.
Setelah pensiun dari dunia tepok bulu, Johan Wahjudi, sempat ditunjuk sebagai juri Audisi Bulu Tangkis.
Pebulu tangkis yang meninggal di usia 66 tahun itu memberikan sedikit wejangan untuk para atlet pemula.
Untuk menjadi seorang pebulu tangkis yang hebat, selain keterampilan fisik dan teknik, Johan Wahjudi menekankan para pemain harus mempunyai mental yang kuat.
"Percuma saja kalau atlet memiliki postur tubuh ideal, pukulan mematikan, tetapi kalau di lapangan mentalnya turun. Pasti dia ada rasa takut dan bermainnya pun tidak maksimal," ungkap Johan, dalam sebuah wawancara yang dikutip dari PB Djarum.
Selamat jalan sang legenda. Prestasimu akan terus dikenang.
Source | : | PB Djarum |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Doddy Wiratama |