Jumlah tersebut setara dengan Rp 616 juta hingga Rp 2,08 miliar.
Jumlah sebesar itu wajar, karena seorang kepala kru bertanggung jawab mengatur segala yang ada di paddock.
Gaji terbesar kedua didapatkan oleh telemetri.
Tugas seorang telemetri sendiri cukup vital, yakni mencatat dan membandingkan data.
Padahal data tersebut selalu dijadikan patokan bagi para mekanik dan pembalap untuk berdiskusi mengembangkan motor.
Bayaran yang diterima ole para telemetri ini bervariasi, antara Rp 539 juta hingga Rp 1,22 miliar.
Uniknya, telemetri yang berasal dari Italia mendapat gaji yang lebih tinggi daripada telemetri Spanyol.
Hal tersebut ditengarai terjadi karena adanya pajak pendapatan karyawan freelance di Italia lebih besar dibandingkan dengan di Spanyol.
Baca Juga: Demi Membantu Korban Kebakaran di Australia, Jack Miller Rela Melelang Helm Kesayangannya
Sementara itu, para mekanik untuk saat ini dihargai 25.000-70.000 euro atau kira-kira Rp 385 juta sampai Rp 1,078 miliar.
Gaji tersebut sangat bervariasi, tergantung kesuksesan pembalap yang ditangani.
Seperti diketahui, hubungan seorang mekanik dengan pembalap sangat erat, bahkan cenderung tidak berganti.
Tidak jarang, jika seorang pembalap memutuskan pindah tim, maka mekaniknya pun ikut pindah.
Around the world in 20 races! ????
Buy your tickets for the 2020 #MotoGP season now! ⬇️https://t.co/Pab4alUdWV#2020awaits pic.twitter.com/NHFKdBjcYm
— MotoGP™ (@MotoGP) December 6, 2019
Dengan besaran gaji selangit, menjadi mekanik di MotoGP jelas meruapkan salah satu cara yang bisa ditempuh jika ingin menjadi miliarder.
Hanya saja, harga sedemikian tinggi harus diimbangi pula dengan kualitas yang mumpuni pula.
Belum lagi aroma kompetisi yang sangat terasa sepanjang musim, yang membuat para kru harus mampu bekerja di bawah tekanan.
Jadi, apakah Anda berminat menjadi miliarder dengan cara anti-mainstream?
Source | : | gpone |
Penulis | : | Agustinus Rosario |
Editor | : | Agustinus Rosario |