SportFEAT.COM - Keputusan BWF untuk menggunakan jenis shuttlecock sintetis mulai tahun 2021 rupanya menyisakan sedikit kekecewaan dari salah satu petinggi Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), Datuk Kenny Goh.
BWF selaku induk organisasi bulu tangkis dunia baru saja mengumumkan wacana baru terkait pergantian jenis shuttlecock.
Selama ini turnamen bulu tangkis BWF diketahui selalu menggunakan shuttlecock yang berbahan dasar bulu angsa asli.
Namun mulai tahun 2021 mendatang, beberapa turnamen yang telah disepakati bakal resmi menggunakan shuttlecock sintetis.
Keputusan tersebut diambil sebagai salah satu upaya mendukung keseimbangan lingkungan dan memangkas biaya produksi shuttlecock.
Pembuatan shuttlecock sintetis ini sendiri untuk sementara lahir dari kolaborasi BWF dengan salah satu apparel ternama asal Jepang, Yonex.
Kendati demikian, langkah besar yang diambil oleh BWF ini rupanya membuat Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) sedikit geram.
Baca Juga: Penuhi Kuota Pemain Asing, Barito Putera 'Pepet Terus' Bruno Matos
Baca Juga: Satu Aspek Penting dalam Kacamata Shin Tae-yong yang Masih Jadi PR Besar bagi Timnas U-19 Indonesia
Bukan karena menolak upaya tesebut, melainkan karena cara dari BWF dalam menyampaikan informasi keputusan itu.
Kepala Pembinaan dan Kepelatihan BAM, Datuk Kenny Goh, menyatakan kekecewaannya terhadap cara yang ditempuh BWF dalam membuat keputusan final soal pergantian jenis shuttlecock.
Menurutnya, BAM selaku salah satu anggota asosiasi yang terafiliasi dengan BWF justru tidak dilibatkan sama sekali soal keputusan penggunaan shuttlecock sintetis mulai 2021.
"Ini adalah pengumuman yang penting karena bisa mengubah dinamika dari pertandingan itu sendiri. Tetapi kami malah terlambat mengetahui hal ini," ujar Kenny Goh dikutip SportFEAT.com dari The Star.
Penggunaan shuttlecock sintetis sendiri sudah pernah diterapkan pada tiga turnamen level rendah BWF pada tahun 2018 lalu.
Yaitu pada Italian International 2018, United States International Challege 2018 dan Indonesia International Challenge 2018.
"Kami tahu kalau sebelumnya BWF sudah pernah melakukan uji tes dengan penggunaan shuttlecock sintetis, tapi soal keputusan akhir ini kami sama sekali tidak dilibatkan," ujar Kenny Goh.
"Padahal kami kan juga pemangku kepentingan, tetapi kami malah hanya tahu keputusan tersebut dari statement resmi yang dibuat BWF beberapa waktu lalu," lanjut dia.
Masih menurut Kenny, alangkah baiknya BWF melakukan pertemuan dengan beberapa asosiasi bulu tangkis negara-negara lain yang terafiliasi sebelum membuat keputusan final sepenting ini.
Terlebih, hal seperti ini bukan menjadi yang pertama bagi BAM.
Misalnya soal keputusan BWF yang mengubah format skor menjadi reli skor seperti sekarang.
"Alangkah baiknya jika kami dilibatkan dan diberi informasi yang lebih lengkap sebelumnya," kata Kenny Goh.
"Sebab ini bukan pertama kali kami alami. Kami juga tidak dilibatkan oleh BWF saat memutuskan untuk mengganti sistem skor menjadi reli seperti sekarang. Mudah-mudahan ke depannya komunikasi dari BWF lebih lancar," lanjutnya.
Baca Juga: Selepas 'Dibuang' oleh BAM, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi Justru Tampil Makin Moncer
Di sisi lain, Kenny Goh sendiri sebenarnya amat mendukung penggunaan shuttlecock sintetis.
Sebab Kenny sendiri adalah salah satu sosok yang menganjurkan perubahan jenis shuttlecock tersebut.
Namun demikian, menurutnya uji tes yang dilakukan BWF pada tiga turnamen level bawah sebelumnya dirasa belum terlalu cukup untuk dijadikan acuan.
Sebelum benar-benar resmi digunakan pada 2021 mendatang, Kenny menuturkan bahwa BWF mungkin bisa melakukan uji tes pada beberapa turnamen besar usai perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.
"Tahun lalu kan baru di tes di tiga turnamen level bawah, Lee Chong Wei juga pernah melakukan tes tapi bukan sebagai bagian dari turnamen resmi. Akan lebih baik jika BWF mau melakukan tes shuttlecock sintetis di beberapa turnamen elite," kata Kenny Goh.
"Kalau sekarang kan semuanya sedang fokus menuju Olimpiade 2020, jadi setelahnya saya harap BWF mau menyediakan shuttlecock sintetis itu untuk digunakan di sesi latihan," imbuhnya.
(*)
Source | : | the star |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |