SportFEAT.COM - Kedigdayaan Manchester United kini seolah mulai luntur setelah tak lagi berada di bawah asuhan Sir Alex Fergusson.
Masa emas Manchester United bisa dikatakan terjadi ketika tim beralias Setan Merah tersebut berada di bawah asuhan Sir Alex Fergusson.
Kala itu, titel kampiun atau raihan gelar juara selah seudah menjadi sebuah tradisi bagi Manchester United.
Tangan dingin Sir Alex Fergusson membuat Manchester United, yang dulunya tim biasa-biasa saja, sukses menjelma menjadi tim yang disegani di Inggris bahkan Eropa.
Torehan 20 gelar Liga Inggris dan tiga gelar Liga Champions sudah cukup membuktikan bahwa Manchester United merupakan klub yang patut diperhitungkan eksistensinya.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Karier Striker Muda Norwegia, Erling Haaland
Karier Sir Alex Ferguson menjadi pelatih Manchester United berawal ketika ia diperkenalkan secara resmi pada 1986 menggantikan Ron Atkinson.
Dibawah nahkoda Ferguson, Man United mampu melahirkan pemain-pemain berbakat, salah satunya adalah Class of 92.
Class of 92 adalah kumpulan pemain muda Manchester United yang dididik dalam akademi sendiri.
Jebolan Class of 92 ini sendiri menjadi para pemain yang sukses. Sebut saja seperti Paul Scholes, Ryan Giggs, Nikky Butt, David Beckham, Phill Neville dan juga Garry Neville.
Dari tangan dingin Ferguson pula, bakat pemain seperti Cristiano Ronaldo ditemukan.
Pemain seperti Luis Nani, Diego Forlan, Ole Gunnar Solkjaer juga berhasil diasah menjadi pemain hebat.
Di balik kesuksesan Ferguson tersebut juga ditunjang dengan peran David Gill yang pandai menangani transfer pemain di kubu Man United.
Pemain yang didatangkan United baik yang berlabel bintang atau tidak dapat disulap menjadi pemain apik.
Semenjak Ferguson pergi, posisi kepelatihan Man United sudah gonta-ganti.
Mulai dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solkjaer. Namun dari ketiganya tersebut masih belum ada yang mampu mengangkat performa Manchester United.
Kendati demikian, permasalahan rupanya tak hanya muncul dari sosok pelatih, namun juga dari digantinya David Gill dengan Ed Woodward.
David Gill kala itu ditarik oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris, sehingga Ed Woodward yang ditunjuk oleh Glazer mengurusi transfer pemain.
Dengan latar belakang sebagai seorang bankir, Woodward dirasa tidak cukup paham mengenai tipe pemain yang dibutuhkan oleh Man United.
Woodward lebih mementingkan sisi komersil klub sehinga, hanya mengijinkan pelatih yang menjabat untuk membeli pemain ternama yang bisa mendongkrok popularitas tim.
Nama-nama tenar seperti Radamel Falcao, Angel Di Maria, Alexis Sanchez, Romelu Lukaku, nyatanya dapat dikatakan gagal total. Padahal sejatinya harga mahal tidak menjamin pemain tersebut cocok dengan filosofi bermain Man United.
Seluruh pelatih yang pernah mengisi kursi kepelatihan setelah era Ferguson mengeluhkan hal yang sama, yang semuanya merujuk kepada Ed Woodward.
Hal tersbeut dikarenakan Woodward selalu bertolak belakang dengan rencana transfer yang sudah disiusun oleh pelatih.
Imbasnya adalah United mengalami kerugian besar, biaya besar telah dikeluarkan namun minim kontribusi.
Sudah sejak 2013, Manchester United gagal bersaing dalam perebutan gelar juara Liga Inggris.
Bahkan target musiman saja sudah menurun, sejak ditargetkan menjadi juara kini United hanya menargetkan masuk zona Europa League (UEL) atau zona Champions League (UCL).
Memang realistis namun suatu ironi, apabila mengingat nama besar Manchester United. Bahkan klub - klub pesaing United telah menganggap United bukan pesaing yang harus diwaspadai.
Pemain bintang pun erfikir dua kali ketika ditawari bergabung dengan Manchester United walau sudah mendapat garansi di tim utama.
Persoalan ini memunculkan anggapan betapa Man United membutuhkan sosok seperti Ferguson dan juga David Gill.
Pergantian pelatih yang terlalu sering juga bukan merupakan solusi, karena sama saja mengubah para pemain dan gaya bermain dari awal kembali.
Hal yang paling mungkin dilakukan saat ini adalah menjadikan orang-orang yang pernah bekerja sama di Man United untuk ambil bagian dalam menangani United.
(*)
Source | : | manutd.com,Goal |
Penulis | : | Ridwan Budiman |
Editor | : | Nestri Yuniardi |