SportFEAT.com - Grafik menurun yang diperlihatkan Fadia/Ribka disebut sang pelatih, Eng Hian akibat masih banyaknya kendala yang menghadang.
Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto adalah salah satu pasangan ganda putri Indonesia yang diproyeksikan jadi andalan Tanah Air.
Fadia/Ribka saat ini menduduki peringkat 34 dunia, terbaik kedua di Indonesia setelah Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Gap antara Fadia/Ribka dengan Greysia/Apriyani memang masih jauh.
Baca Juga: Ganda Putri dari 3 Negara Ini Jadi Ancaman Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo 2020
Namun, pangan ganda putri yang baru ditandemkan pada 2019 itu pernah langsung membuat berbagai kejutan.
Di Chinese Taipei Open 2019, Fadia/Ribka pernah mencapai babak semifinal setelah menumbangkan ganda putri unggulan asal Korea Selatan, Lee So-hee/Shin Seung-chan.
Ya, di turnamen BWF World Tour SUper 300 itu, Fadia/Ribka sukses mengalahkan Lee/Shin yang berperingkat 3 dunia dalam pertarungan rubber game.
Tidak berhenti di situ, Fadia/Ribka kembali membuat kejutan saat tampil di ajang Indonesia Masters 2019 yang digelar di Malang.
Mereka berhasil menjadi juara turnamen Super 100 itu melalui perjuangan epik.
Fadia/Ribka keluar sebagai juara Indonesia Masters 2019 setelah mereka berhasil mengalahkan unggulan Jepang dan China sekaligus.
Baca Juga: Valentino Rossi Remuk, Ayahnya Curiga Ada Sesuatu yang Salah di Petronas Yamaha
Fadia/Ribka sukses mengalahkan Nami Matsuyama/Chiharu Shida di perempat final, dan menundukkan Li Wen Mei/Zheng Yu pada babak semifinal. Semuanya dalam pertandingan 2 gim langsung.
Setelah performa apiknya di musim 2019, perlahan Fadia/Ribka justru menurun.
Bahkan di turnamen leg Asia di Thailand, Januari 2021 kemarin, Fadia/Ribka kalah straight game dari pasangan Prancis, Emilie Lefel/Anne Tran.
Baca Juga: Eng Hian Sudah Siapkan Nama Pasangan Baru Apriyani Rahayu Jika Greysia Polii Pensiun
Melihat situasi itu, Eng Hian selaku pelatih ganda putra pelatnas PBSI mengatakan bahwa ternyata Fadia/Ribka masih mengalami banyak kendala.
"Evaluasi performa Fadia/Ribka itu masih banyak sekali, terutama soal strenght endurance (kekuatan ketahanan) mereka," kata Eng Hian dalam wawancara Ngobrol Bareng Eng Hian via PBSI.
"Saat turnamen di Malang, shuttlecock mendukung permainan mereka, karena cukup kencang. Kondisi lapangan juga berangin. Jadi dapat bermain sesuai pola mereka."
"Sedangkan di Thailand, lapangannya cukup besar, angin sedikit, shuttlecock berat. Dan itu membuat pola mereka tidak terbentuk," katanya lagi.
Eng Hian tak memungkiri bahwa masalah penyesuaian lapangan masih jadi kelemahan Fadia/Ribka.
"Saya sudah beri pengarahan, bahwa tidak bisa semua kondisi lapangan harus berjalan sesuai pola mereka. Jadi yang dibutuhkan sekarang adalah strenght dan endurance kalian (Fadia/Ribka) untuk turnamen selanjutnya," ucap Eng Hian.
"Karena turnamen besar pasti nanti akan menggunakan lapangan dan situasi anginnya seperti itu," kata Eng Hian lagi.
Baca Juga: Daftar Pemain Indonesia yang Turun di India Open 2021, Hanya Andalkan 3 Pasangan
Eng Hian menambahkan bahwa ia berharap para penggemar bulu tangkis Tanah Air tidak menilai performa anak didiknya hanya dari per turnamen.
"Yang saya sayangkan itu orang-orang menilainya per turnamen. Padahal atlet itu butuh progres apalagi setahun kemarin kan tidak ada turnamen," ungkap mantan pasangan Flandy Limpele itu.
"Kalau bagi pemain yang sudah senior berpengalaman, pasti tidak berpengaruh. Tapi kalau untuk pemain yang baru meningkat lalu tiba-tiba break (turnamen) itu tentunya sangat berpengaruh besar," ucap Eng Hian lagi.
Source | : | PBSI |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |