"Gelar juara dunia MotoGP adalah impian kami semua sebagai pembalap, tapi itu bukan obsesi," kata Quartararo.
"Sekarang saatnya untuk tetap fokus bekerja dengan baik. Saya berusaha tetap tenang, bahkan di malam hari saya mencoba mengalihkan perhatian saya, menontn televisi atau bermain ponsel."
"Jika saya melihat ke belakang, saya pikir saya sudah lebih tumbuh dewasa berkat pengalaman selama 1,5 tahun terakhir."
"Tahun 2020 dimulai dengan baik namun kemudian ada masalah teknis. Ini pertama kalinya saya dihadapkan masalah dan merasa tersesar," kata Quartararo.
Di musim 2020, Fabio Quartararo juga langsung dielu-elukan jadi juara dunia tatkla ia memimpin klasemen.
Namun saat itu selisih poinnya begitu tipis hingga muda terkejar. Selain itu, ada kendala teknis yang terjadi pada motor Fabio, yang man saat itu ia gagal mengatasi mentalnya yang telah terlanjur drop.
"Berusaha kembali ke puncak dan saya tersesat untuk kedua kalinya. Itu sangat sulit, terutama pada sisi psikologis," imbuhnya.
Tak ayal, selama liburan musim dingin tahun lalu, Fabio Quartararo bergegas menuju psikolog untuk mengendalikan emosi dan pikiran.
Dan kini terbukti, ia lebih mampu mengatur diri dan tidak menggebu serta lebih legowo menerima hasil ketika ia gagal mencapai apa yang dia inginkan.
Source | : | Motosan.es |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |