“Setelah balapan terakhir saya, ada hari-hari ketika saya merasakan keinginan untuk balapan. Saya suka balap serta kompetisi dan rasa manis dari kemenangan,” ujar Pedrosa dilansir SportFEAT.com dari Motosprint.
“Tapi MotoGP adalah ketidakpastian yang konstan, siapa pun bisa menang dan menderita di belakang."
Baca Juga: Setelah Jorge Lorenzo, MotoGP Harus Siap Kehilangan Satu Pembalap Terhebatnya: Valentino Rossi
“Anda bisa berada dalam situasi yang berbeda dalam sekejap mata, dan Anda harus sangat baik dalam pemilihan agar tidak membuat kesalahan,” sambung pembalap Spanyol itu.
Lebih lanjut, Pedrosa hingga saat ini masih penasaran mengapa ia gagal merebut satupun gelar juara dunia.
Bahkan, pembalap Spanyol itu merasa kepikiran jika dulu pindah dengan Yamaha apakah nasibnya akan jauh lebih mujur.
Baca Juga: Rumor Baru, Maverick Vinales Ditolak Ducati dan Kuat Merapat ke Aprilia
“Saya selalu bertanya-tanya bagaimana karier saya akan berubah jika saya telah membalap untuk Yamaha setidaknya sekali,” ungkap Pedrosa.
“Sulit untuk mengatakan apakah sebuah gelar akan mengubah karier saya, dan mungkin jawaban apa pun selain ‘ya’ akan tampak seperti pembenaran,”
Di sisi lain, pria 35 tahun itu mengibaratkan pembalap hebat tanpa mahkota juara bagaikan peneliti tanpa gelar Nobel.
Source | : | motosprint.corrieredellosport.it |
Penulis | : | Bagas Dadiraka |
Editor | : | Nestri Yuniardi |