SportFEAT.com - Maverick Vinales memang bukan lagi pembalap Yamaha, tetapi sifatnya masih membuat Lin Jarvis harus sampai mengatakan kata-kata pedas ini.
Maverick Vinales menjadi pembalap paling kontroversial di sepanjang MotoGP 2021.
Tentu saja, apalagi kalau bukan karena aksinya yang mencoba dengan sengaja merusak mesin Yamaha di MotoGP Styria hingga mendapat hukuman skors.
Ulah Maverick Vinales itu diakuinya sebagai dampak dari rasa frustrasi atas situasinya bersama Yamaha yang stuck.
Namun lebih dari itu, Direktur Tim Yamaha, Lin Jarvis menilai bahwa Vinales frustrasi akibat tak bisa mengendalikan diri ketika ia menyadari telah disalip banyak oleh Fabio Quartararo.
Sekarang Vinales memang sudah tak lagi bermukim di Yamaha.
Baca Juga: Repsol Honda Incar Fabio Quartararo, Marc Marquez atau Pol Espargaro yang Dikorbankan?
Pembalap asal Spanyol itu telah ditampung tim barunya Aprilia dan sudah mentas di lima seri balapan bersama pabrikan Noale.
Awalnya, kepindahan Vinales ke Aprilia digadang-gadang bisa mengubah prestasi dia menjadi lebih baik.
Namun hasilnya masih nihil. Pembalap yang sudah debut MotoGP sejak 2015 itu justru lebih menderita di Aprilia karena hasil balapannya banyak di luar 10 besar.
Lebih buruk jika dibandingkan saat masih bersama Yamaha.
Baca Juga: Kans Jack Miller Dipertahankan Ducati Menipis Seiring Kehadiran Sang Rookie Ganas
Memang adaptasi dengan mesin motor yang berbeda jelas jadi penyebab.
Namun Lin Jarvis sekali lagi mengomentari soal sifat Vinales yang sebetulnya jadi akar dari permasalahan semua itu.
Jarvis menilai bahwa Vinales akan semakin sulit bangkit jika tidak segera mengubah pola pikirnya.
"Dari sisi saya, Maverick adalah orang yang sangat rumit. Saya yakin dia sebetulnya punya bakat alami yang sama dengan Fabio," ucap Jarvis mengawali dalam wawancara bersama Autosport.
"Tetapi, dia kesulitan untuk menyatukan bakat dan pola pikir yang tepat secara konsisten. Dan saya rasa itu memang karakternya yang naik turun, sedangkan Fabio bisa berubah lebih meningkat tahun ini," kata Jarvis lagi.
Jarvis membandingkan situasi Fabio Quartararo yang juga menghadapi tekanan besar di musim 2020.
Ketika unggul di puncak klasemen dan sudah diprediksi juara dunia, di akhir musim El Diablo malah terjerembab.
Kala itu, Fabio Quartararo yang masih berusia 21 tahun mau bangkit. Dia sampai pergi ke psikolog untuk membenahi mentalnya hingga hasilnya di MotoGP 2021 ia mampu bangkit dan juara dunia.
"Fabio juga pasang surut tahun lalu tapi sekarang tahun ini dia berhasil meminimalisir hasil minor dan justru meningkat."
"Saya selalu bilang bahwa kami tahu Maverick memiliki potensi, apalagi tahun ini sebenarnya jadi tahun kelimanya dengan Yamaha di tim pabrikan. Seharusnya dia bisa melakukan apa yang akhirnya dicapai Fabio tahun ini," kata Jarvis.
Namun berbeda dengan Fabio, Jarvis bahkan berkata bahwa pola pikir Vinales yang rumit membuat dia perang batin dengan dirinya sendiri.
"Ingat, sebelumnya Fabio saat masih di satelit mampu ambil 3 gelar juara, sedangkan Maverick cuma 1," tutur Jarvis.
"Jadi saya rasa Maverick sangat menyadari seberapa cepat Fabio dan entah bagaimana Maverick masih berurusan dengan iblis di batinnya."
"Saya pikir itulah sesuatu yang hanya dia sendiri yang bisa memperbaikinya. Hanya dia yang bisa mengatur pikiran dan hidupnya," ucap Jarvis memungkasi.
Source | : | Autosport,MotorSport Espana |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |