“Pada masanya, dia juga dianggap sebagai salah satu yang terbaik oleh rekan-rekannya, seperti Joe Mercer dan Stan Mortensen.
"Dan tidak jarang fans Stoke City mengatakan bahwa Frank Soo ‘lebih baik dari Matthews’," lanjutnya, seperti dikutip SportFeat dari Planet Football.
In the Army now.
— The League Magazine (@Theleaguemag) March 17, 2017
Joe Mercer, Frank Soo, Jack Taylor, Frank Swift, Stanley Matthews and Matt Busby pic.twitter.com/jRPs7jQrf3
Perjalanan karier Frank Soo dimulai saat dirinya menghabiskan masa kecil di kota Liverpool dengan memperkuat tim lokal Prescot Cables.
Ia kemudian dibina oleh Stoke City dan bergabung dengan tim muda The Potters pada 1933 lalu.
Tak berselang lama, namanya mulai mencuri perhatian sang manajer Tom Mather hingga membuatnya ditunjuk sebagai kapten tim.
Akan tetapi, darah keturunan Asia yang mengalir dalam tubuh Frank Soo membuatnya kerap mendapat komentar miring.
Bahkan tak sedikit pihak yang mengkritik kebijakan klub menunjuk Frank Soo menjadi kapten Stoke City.
Baca Juga: Wonderkid Persebaya Bongkar Kelebihan Timor Leste yang Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia
"Dia tampaknya telah mengabaikannya. Dia selalu disebut 'Chinaman' atau 'pemain China'," kata Gardiner lagi.
"Tapi saya pikir keterampilan dan pesona pribadinya membungkam banyak orang yang mungkin telah kasar.
"Namun, saya menduga bahwa sikap rasis begitu umum pada waktu itu sehingga dianggap biasa saja," lanjutnya.
"Dia mungkin telah mengalami lebih banyak pelecehan daripada yang pernah kita ketahui."
Frank Soo lining up with England before a Wartime international vs France. pic.twitter.com/tYqwEWcEvQ
— Susan Gardiner (@SusanG_writer) December 4, 2016
Selama memperkuat Stoke City, Frank Soo berhasil merebut gelar Liga Inggris dan Piala FA pada 1939 lalu atau saat usianya menginjak 25 tahun.
Selain memperkuat Stoke City, Frank Soo rupanya juga sempat membela klub-klub besar Liga Inggris lainnya, seperti Everton, Newcastle United, Chelsea dan Millwall.
Frank Soo tercatat juga pernah bergabung dengan Leicester City, Luton Town, dan Chelmsford City.
"Komitmennya terhadap pelatihan, kebugaran, dan gaya hidup sehat lebih unggul dari zamannya – hanya Stan Matthews yang serupa dalam hal itu,” ucap Gardiner.
"Dia juga membela dirinya sendiri dan sesama pemain, berbicara untuk hak-hak pemain dan menentang upah maksimum bertahun-tahun sebelum akhirnya dihapuskan, sesuatu yang dia tidak pernah diberi penghargaan untuk itu," pungkasnya.
Di level timnas, Frank Soo tercatat pernah sembilan kali membela The Three Lions.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kompatriot Shin Tae-yong Sudi Jadi Pelatih Timnas Malaysia
Source | : | Planet Football |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |