“Bagian dari perayaan itu jelas menunjukan lawan anda bahwa mereka tidak menang, itu mempengaruhi saya,” ungkap juara dunia 2 kali itu dilansir Sportfeat dari Motorsport.
“Perayaan di podium ia rayakan seolah-olah Rossi telah memenangkan kejuaraan dunia dan bukan hanya satu balapan.”
Hal itu berbanding terbalik dengan Casey Stoner yang selalu bahagia atas kemenangan lawannya.
Hal itu jelas tidak dianggap biasa oleh pembalap lainnya.
“Saya senang dengan lawan saya, mereka tidak bisa mengerti itu,” ungkap Stoner.
“Saya ingat Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa menatap saya dan bertanya-tanya mengapa saya bisa sangat senang dengan kemenangan mereka.”
Karena itu, banyak pembalap lawannya menganggap itu menjadi strategi permainan pikiran.
Baca Juga: Pelatih Manchester City Dukung Tindakan Anak Asuhnya yang Menolak Invasi Rusia ke Ukraina
Meski begitu, rider berkebangsaan Australia tersebut tak terlalu paham soal permainan pikiran khususnya saat dirinya masih aktif dulu.
“Saya tidak ingin tahu apa-apa tentang permainan pikiran pada masa itu.”
“Saya lebih suka bahagia untuk saya dan lawan saya di kejuaraan,” pungkas Stoner.
Casey Stoner memutuskan pensiun pada tahun 2012 setelah enam tahun berkiprah dengan MotoGP.
Baca Juga: Kejar Ketertinggalan, BAM Gerak Cepat Tunjuk Pelatih Ganda Putri Baru
Pada tahun terakhir menunggangi kuda besinya, Stoner hanya mampu berada di posisi ketiga dengan koleksi 254 poin.
Tertinggal 96 poin dari peringkat teratas Jorge Lorenzo.
Source | : | Motorsport.com |
Penulis | : | Matius Nico Henrikus |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |