SportFEAT.com - Petinggi Ducati, Gigi Dall'igna masih menanti penantian panjang juara dunia pembalap di timnya setelah memimpin tim asal Italia itu hampir satu dekade.
General Manager Ducati Luigi Dall'igna atau biasa dipanggil Gigi Dall'igna mengungkap unek-uneknya selama memimpin tim pabrikan Italia itu di MotoGP.
Sejak bergabung pada 2013 silam, Gigi Dall'igna memang dielu-elukan sebagai insinyur terbaik yang mampu mengantarkan Ducati memiliki motor super kompetitif.
Khususnya dalam lima tahun terakhir, Ducati punya Desmosedici GP yang sangat diagungkan sebagai motor terbaik di grid MotoGP.
Raihan runner-up MotoGP tiga kali pada 2017-2019 menjadi bukti bahwa Ducati memang bisa jadi pesaing paling berat para tim pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha.
Namun kenyataannya, Ducati selalu apes.
Mentok jadi runner-up dan selalu runner-up, seperti yang terulang pada musim 2021 kemarin.
Tidak bisa dipungkiri, pola pikir Gigi Dall'igna yang mengedepankan modal motor bagus untuk meraih gelar juara dunia menjadi pisau bermata dua.
Bisa jadi itu hal positif, tapi bisa pula berdampak negatif apabila tidak didukung dengan memiliki pembalap bertalenta dan mampu beradaptasi dengan baik.
Gigi Dall'igna masih berusaha percaya diri bahwa Ducati mampu mengakhiri paceklik gelar juara dunia pembalap. Itu target besar mereka di musim ini.
Baca Juga: Andrea Dovizioso Umumkan Pensiun tapi Masih Setengah Tak Ikhlas
"Ya itu yang paling penting kan, tentu saja," ucapnya sambil tersenyum, dikutip Sporfeat dari Speedweek.
"Anda harus membuat motor yang tepat lebih dulu sebelum Anda bisa memenangkan juara dunia pembalap," tegasnya.
"Memang kadang-kadang ada pembalap yang bagus dan bisa menang meski tidak dengan motor bagus seperti Fabio Quartararo pada tahun 2021."
"Ini sama kasusnya dengan Ducati di tahun 2007. Dulu Stoner dan ban Bridgestone yang unggul bisa membuat banyak hal. Situasi seperti itu bisa terjadi, tapi juga tidak," katanya.
Musim 2007 adalah musim terakhir dan satu-satunya Ducati memenangkan juara dunia pembalap lewat Casey Stoner.
Sejak ditinggal Stoner, Ducati belum berhasil kembali menemukan kejayaan mereka.
Bahkan tiga kali runner-up Andrea Dovizioso dan satu runner-up Francesco Bagnaia kini jadi ejekan klasik bagi Ducati dari tim pabrikan lain.
Rapor Ducati di MotoGP 2022 juga menambah catatan minor mereka. Sebab belum ada rider Ducati yang mampu memuncaki klasemen atau minimal meraih peringkat kedua.
Terbaik ada Johann Zarco (Pramac) di peringkat ketiga dan Francesco Bagnaia di peringkat keempat.
Padahal musim ini Ducati diperkuat 4 tim dengan total 8 pembalap. Namun yang menonjol dan dominan belum ada.
Meski masih cukup kesulitan menemukan arah, Gigi Dall'igna masih sangat optimistis pada paruh kedua musim ini bahwa Ducati bisa berjaya. Dia menegaskan tidak kehilangan kesabaran dalam menanti gelar juara dunia pembalap di kelas para raja.
"Tidak, (saya masih sabar)," kata Gigi Dall'igna.
"Saya masih punya harapan karena Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi."
"Tujuan kami adalah mencoba segalanya hingga seri terakhir, kami akan berusaha semaksimal mungkin, tanpa ragu," ucapnya.
Source | : | Speedweek.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |