Ganda putra Malaysia peringkat 6 dunia itu menyadari sejumlah kelebihan Ahsan/Hendra yang masih bermain hebat di usia yang terbilang tidak muda lagi.
Mereka sangat menyadari itu, dan karena itulah mereka cepat-cepat mengubah satu taktik yang meredam keunggulan The Daddies.
"Kami tidak pernah lagi mempedulikan jarak poinnya, entah itu kami unggul atau tertinggal," kata Aaron Chia yang kini mengubah mindsetnya, dikutip Sportfeat dari The Star.
"Kami tahu Ahsan/Hendra sangat bagus pada tiga pukulan pertama (setelah servis), jadi kami mengubah taktik kami."
"Kami menjadi lebih bersabar (bertahan) dan memaksimalkan kelebihan kami sendiri," kata Chia.
Pada perubahan taktik ini, strategi Chia/Soh berhasil.
Mereka mulai enggan diajak bermain cepat adu drive dna memilih bermain defence.
Melambungkan lob-lob tinggi silang yang menguras stamina The Daddies.
Di satu sisi, defence mereka benar-benar tembok, seringkali serangan Ahsan/Hendra sulit mematahkannya.
Selain itu, Soh Wooi Yik sendiri mengakui ia sudah bekerja keras untuk mampu menjadi pemain all around.
Biasanya, ia sebagai penggebuk di belakang atau baseline. Namun sekarang ia mampu mematikan di area depan net pula.
"Saya sangat bekerja keras untuk meningkatkan permainan belakang saya. Saya kemudian mempertajam permainan saya sebagai pemain depan," aku Soh.
"Tapi saya sangat ingin bisa menjadi pemain all-around juga. Inilah strategi yang terus kami bangun," katanya lagi.
Dengan meraih titel Juara Dunia 2022, kesabaran dan kerja keras Chia/Soh memang akhirnya terbayarkan.
Sejak dipasangkan 2017 silam, Aaron Chia/Soh Wooi Yik sudah sering memijak final namun selalu jadi runner-up. Bahkan di tahun ini mereka malah sempat dilabeli sebagai jagoan semifinal saja.
Kini label dan julukan-julukan negatif itu berhasil dibungkam dengan ukiran sejarah manis sebagai pebulu tangkis Malaysia pertama yang sukses menjadi Juara Dunia.
Source | : | Thestar.com.my |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |