Meski sempat berhasil finis ketujuh di MotoGP Indonesia 2022, faktanya murid Valetino Rossi itu lebih banyak terseok-seok di barisan belakang.
Pembalap jebolan VR46 Academy itu juga masih tertahan di peringkat ke-19 klasemen MotoGP 2022 dengan hanya raihan 26 poin.
Hasil yang sangat buruk untuk Yamaha jika menyadari dua pembalap andalan mereka lainnya tidak ada yang sama sekali mampu merengkuh podium.
Wilco Zeelenberg selaku Manajer RNF Yamaha pun akhirnya angkat bicara dan mau mengungkap sedikit analisisnya terkait performa kedua pembalap itu.
Ia sedikit menyayangkan sikap Dovizioso dan Morbidelli yang kurang siap menghadapi perubahan baru di MotoGP era sekarang.
Khususnya Dovizioso, rider kawakan berusia 36 tahun itu masih sangat kesulitan dengan perubahan kompon ban Michelin sejak 2020.
Parahnya, Morbidelli yang meskipun merupakan rider muda, juga memiliki karakter sama dengan Dovizioso.
Yakni soal gaya balapan yang terlalu kuno.
"Tahun 2020, Michelin mengubah karkas ban belakang dan cengkeraman pada kemiringan berbeda dari sebelumnya, seharusnya pembalap tidak boleh terlalu bersandar," kata Wilco Zeelenberg dikutip Sportfeat dari Paddock GP.
"Karena kemiringan maksimum dapat meningkatkan suhu ban secara signifikan."
"Sayangnya Franco, mirip seperti Dovizioso (gaya balapnya terlalu kuno, red), banyak bersandar dan bukannya lebih melekat pada motor seperti pembalap lainnya."
"Saya rasa mereka berdua menderita ya gara-gara itu, tapi selain itu mungkin ada masalah lain yang masih misterius," tukas Zeelenberg.
Wilco Zeelenberg lantas membandingkan dengan apa yang dilakukan Fabio Quartararo.
Sama-sama menggunakan M1 namun Fabio Quartararo mampu meraih hasil yang sangat kontras dengan Dovizioso maupun Morbidelli yang notabene juga rekan setimnya di Monster Energy Yamaha.
"Fabio memiliki kecepatan menikung yang lebih tinggi dan berhasil tidak membuat ban terlalu panas, tetapi dia membalap dengan sudut kemiringan yang lebih kecil," demikian analisis Wilco Zeelenberg.
"Sedangkan kedua pembalap Italia itu (Dovizioso dan Morbidelli) membalap dengan cara kuno, mereka mengerem keras dan memasuki tikungan dengan rem tangan, sementara Fabio mengerem dengan rem motor kanan, melepaskan rem dan kemudian berbelok, dan di semua tikungan, rata-rata satu atau dua kilometer per jam lebih cepat."
"Saya pikir ini masalah bakat dan juga postur tubuh: Fabio tinggi dan menangani motor lebih baik, Fabio berhasil mempertahankan traksi di ban belakang setiap saat," jelas Wilco Zeelenberg.
Source | : | Paddock-GP.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |