"Fabio Quartararo tahu betul bahwa Pecco Bagnaia dapat mengambil poin darinya dan bisa mendapatkannya," kata Criville.
"MotorLand Aragón adalah sirkuit yang sangat disukai pembalap Italia (Bagnaia, red) karena treknya lurus dan menurun.
"Pecco Bagnaia sangat menyukainya dan, pada kenyataannya, dia menang musim lalu."
Baca Juga: MotoGP Aragon 2022 - Tujuan Marc Marquez Bukan untuk Jadi Juara
Oleh sebab itu, Criville menyarankan Quartararo untuk tampil mati-matian jika posisinya tak ingin disalip Bagnaia.
"Fabio Quartararo harus mendorong sirkuit yang cocok untuk Yamaha-nya," ungkap Criville.
"Dan mencoba untuk tetap sedekat mungkin dengan Pecco Bagnaia di sirkuit yang tidak begitu menguntungkan baginya.
"Sehingga keunggulan 30 poin yang dimilikinya tidak berkurang dan pada akhirnya ia memperdebatkan gelar di Valencia."
Selain tekanan dari Bagnaia, Criville menjelaskan bahwa Quartararo memiliki masalah lain yang membuatnya tertekan.
Hal yang dimaksud adalah motor YZR-M1 yang tak lain adalah tunggangannya.
"Bagi Fabio Quartararo itu banyak tekanan tambahan, tapi dia sudah menjadi juara dunia MotoGP dan dia tahu apa yang terjadi," tutur Criville.
Baca Juga: MotoGP Aragon 2022 - Joan Mir Ternyata Masih Punya Masalah di Momen Comeback
"Dia adalah satu-satunya pebalap Yamaha yang membalapnya, meskipun dia kurang dalam kecepatan tertinggi.
"Dia harus bekerja keras, mendorong dan menambah keunggulan 30 poin itu," imbuh mantan juara dunia 500cc tersebut.
"Pecco Bagnaia sangat kuat dan diluncurkan untuk memburunya dalam beberapa balapan."
Source | : | Marca.com |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |