"Sebab, ini (kejadian kerusuhan di Kanjuruhan) merupakan kejadian yang luar biasa."
Kerusuhan terjadi setelah laga antara Arema FC menjamu Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3.
Laga itu digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022).
Kekalahan Arema FC atas Persebaya membuat beberapa kelompok suporter turun ke lapangan.
Baca Juga: Tragedi Maut Kanjuruhan usai Arema FC vs Persebaya Menyisakan Tanda Tanya Besar, Siapa yang Salah?
Melihat kejadian itu, pihak keamanan menembahakn asap gas air mata.
Sayangnya beberapa gas air mata juga di arahkan ke arah tribun penonton.
Alhasil, para penonton yang menghindari kepulan asap gas air mata saling dorong-dorangan menuju pintu keluar.
Hingga tulisan ini di turunkan, Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur menyebut korban kerusan di Stadion Kanjuruhan mencapai 129 orang.
Dengan jumlah korban sebanyak itu, tragedi di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi sepak bola dengan jumlah korban terbanyak kedua di dunia.
Tragedi sepakbola yang paling merenggut lebih banyak korban jiwa sepanjang sejarah terjadi pada 58 tahun yang lalu.
Tepatnya pada 26 Mei 1964, di Stadion Nasional Lima, Peru, saat laga antara Peru melawan Argentina di kualifikasi Olimpiade.
Ketika itu, 40 ribu penonton di stadion mengamuk enam menit sebelum pertandingan berakhir.
Kejadian itu bermula saat Peru tertinggal 0-1 dari Argentina dan wasit asal Uruguay menganulir gol penyama kedudukan tuan rumah.
Supporter yang marah lalu mendobrak penghalang dan mengerumuni lapangan.
Jumlah korban tewas akibat insiden itu diperkirakan mencapai 320 orang.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Matius Nico Henrikus |
Editor | : | Matius Nico Henrikus |