Bagaimana tidak, dari yang sempat tertinggal 91 di separuh musim pada bulan Juli 2022 lalu, Pecco Bagnaia justru tak disangka tampil 'kesetanan' dengan meraih 6 gelar juara beruntun.
Bahkan di paruh kedua musim ini, Pecco Bagnaia bisa dibilang sukses menguasai jalannya kompetisi. Jika ia mampu meraih hasil gap poin setidaknya unggul 36 poin dari Quartararo, maka Pecco akan membawa Ducati memutus puasa gelar juara dunia pembalap sejak terakhir kali meraihnya pada 2007 silam lewat Casey Stoner.
Sedangkan Fabio Quartararo, kini bernasib sebaliknya.
Miris dan ironis, mungkin kata yang tepat mendeskripsikan situasi yang dialami Juara Dunia MotoGP 2021 itu.
Masalah dengan M1 Yamaha benar-benar membuat Fabio Quartararo frustrasi. Motornya sulit untuk melakukan overtake pembalap lain, apalagi ketika melintasi trek lurus, lambatnya semakin kentara.
Situasi pembalap berjuluk El Diablo itu pun kini terancam menghadapi deja vu menyakitkan seperti musim 2020 lalu.
Di tahun genap itu pula, Quartararo sempat memimpin klasemen hingga paruh musim. Namun sayang di paruh kedua, ia melempem, dirundung masalah Yamaha dan tersalip Joan Mir dari Suzuki Ecstar yang akhirnya jadi juara dunia 2020.
Source | : | MotoGP.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |