Di satu sisi memang menguntungkan, namun di sisi lain bisa berpotensi merusak keseruan balapan.
"Jelas bahwa kami berada di level yang sangat tinggi di sini. Tapi menurut saya MotoGP juga butuh sisi yang teknologinya berkembang sangat jauh. Tapi ini tidak boleh dengan mengorbankan (keseruan) tontonan," kata Massimo Rivola.
Pemandangan di MotoGP 2022 lalu sudah sedikit menunjukkan betapa pesatnya aerodinamika motor MotoGP sudah membuat balapan jadi terlihat satu arah, hanya didominasi oleh pemilik motor terbaik.
Sedangkan sensasi menyalip seperti belasan tahun lalu sudah sulit terlihat.
Beberapa komentar pembalap tahun ini juga menunjukkan bahwa rata-rata hampir kesulitan melakukan manuver dengan kecepatan motor dan pengembangan aerodinamika yang begitu masif sekarang.
"Jika Anda membebaskan pengembangan aerodinamis, ada ruang lingkup yang sangat besar," Rivola menegaskan.
"Saya benar-benar mendukung pembatasan itu - juga untuk membuat balapan sedikit lebih bagus - jarak pengereman yang lebih jauh, manuver yang lebih menyalip."
"Karena kami telah melihat bahwa aerodinamika juga berdampak pada pembalap yang mengikuti yang lain (towing)."
"Jika Kejuaraan Dunia MotoGP terlalu berfokus pada pengembangan aerodinamika, kami berisiko menghabiskan banyak uang (hanya) untuk keuntungan marjinal," tukas Rivola.
Apa yang dikatakan Rivola memang bukan penilaian sembarangan.
Pria yang dulunya berkecimpung di Formula1 itu sudah lebih kenyang asam garam bagaimana teknologi yang terlalu maju bisa justru membuat kompetisi tidak makin menarik.
Source | : | Speedweek.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |