Sebut saja Jorge Martin-Pramac (363,6 km/jam dan Brad Binder-KTM Red Bull (362,4 km/jam).
Bagi sebagian orang mungkin angka ini cukup fantastis. Perlombaan kuda besi tampaknya benar-benar terlihat sangar.
Namun tidak dalam pandangan Lorenzo. Eks pembalap asal Spanyol itu justru menilai bahwa apa yang sedang digarap oleh para tim-tim pabrikan yang condong mengejar kecepatan Ducati, mulai mengarah ke arah yang salah.
"Jika kecepatan motor mencapai 365 km/jam, Anda harus bertanya pada diri sendiri apakah Anda harus meninggalkan hingga mencapai 400 km/jam?" cetus Lorenzo menyindir, dalam wawancara di Todocircuito.
X-Fuera mengingatkan bahwa kecepatan motor sampai setinggi itu bisa mengancam nyawa pembalap.
Apalagi dengan tingginya intensitas persaingan dan hampir semua motor sekarang memiliki kecepatan sedemikian.
"Di atas 360 km/jam, seseorang menembus zona kritis karena pembalap menghadapi risiko yang besar," tegasnya.
"Remnya bisa habis dan zona berbahayanya terlalu kecil untuk kecepatan ini," kata Lorenzo.
Gagasan-gagasan yang membuat motor MotoGP semakin 'mengerikan' sejatinya lahir dari inovasi yang dimiliki insinyur cerdas Gigi Dall'Igna.
Ducati sudah bereksperimen dengan aerodinamika di MotoGP lima tahun lalu, sejumlah penemuan baru mulai mempengaruhi.
Aileron, sistem trim dan sebagainya telah benar-benar mengubah dinamika balapan MotoGP.
Di sisi lain, bos KTM Pit Beirer setuju dengan adanya pembatasan untuk berinovasi soal teknis MotoGP.
Namun pada akhirnya tim asal Austria yang dimilikinya tetap condong untuk mengejar kecepatan tinggi.
"Kita memang tidak boleh melangkah lebih jauh. Namun teknologi di kelas MotoGP ini akan terus berkembang dan motor akan semakin cepat," kata Pit Beirer.
"Kurt Trieb, Direktur Teknis kami akan membuatkan kami mesin yang lebih bertenaga dan sasis akan lebih ditingkatkan. Bannya juga menjadi lebih baik dan akhirnya kami akan mencapai 370 km/jam," ucap Beirer.
Source | : | Paddock-GP.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |