Torehan itu setidaknya jauh lebih baik jika disandingkan dengan apa yang diraih oleh Franco Morbidelli, Darryn Binder, dan Andrea Dovizioso.
Bahkan Fabio Quartararo menyebut keterpurukan Yamaha dimulai sejak kepergian pembalap asal Spanyol itu.
"Sejak Maverick Viñales tidak lagi berada di tim, padahal saat itu, motornya kompetitif," kata
"Sekarang tidak lagi demikian, dalam dua puluh balapan, Morbidelli telah mencetak 42 poin."
Baca Juga: Marc Marquez Akui Krisis Honda Dimulai Sejak Cedera Parahnya
"Dan untuk Dovi, ia tidak pernah berhasil melakukan balapan yang layak."
Performa Yamaha yang menurun juga menyebabkan Fabio Quartararo gagal mempertahankan gelar secara menyakitkan.
Sempat unggul 92 poin, keunggulan Fabio Quartararo mampu dipangkas oleh Francesco Bagnaia yang di akhir musim keluar sebagai juara.
"Setahun sebelumnya, saya berada di urutan kedua di belakang Pecco (sapaan akrab Bagnaia)," imbuh Fabio Quartararo.
"Sekarang, setelah melakukan hal yang sama, balapan yang sama dengan motor yang sama, jika tidak lebih baik, saya hanya finis kelima."
Baca Juga: Sebelum Sempat ke Ducati, Valentino Rossi Nyaris Membelot ke Suzuki
"Sejak saat itu, Ducati benar-benar mengambil alih. Kami secara sistematis unggul tujuh Ducati di setiap balapan."
Selain itu, situasi pandemi Covid selama tiga tahun ke belakang juga dinilai Fabio Quartararo menjadi penghambat pengembangan yang dilakukan Yamaha.
"Saya meninggalkan rumah dengan rasa frustrasi yang sangat besar. Itu tidak benar," tutur pembalap Prancis itu.
"Kita harus ingat bahwa karena Covid, keadaan pengembangan mesin berhenti selama 18 bulan."
"Sejak saat itu saya berharap memiliki sesuatu yang baru untuk awal tahun, saya pikir Jepang telah meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri, untuk meningkatkan performa kami, yang kami tahu terlalu akurat," tukasnya.
Source | : | Motosan.es |
Penulis | : | Matius Nico Henrikus |
Editor | : | Matius Nico Henrikus |