Ada sangat sedikit negara yang pemerintahnya menginvestasikan dana dalam olahraga sebanyak yang dilakukan pemerintah Cina untuk bulu tangkis.
Artinya, ada cukup uang dalam olahraga untuk mengurus penginapan, makanan, dan pelatihan pemain di tingkat bawah olahraga dan pada gilirannya berarti pemain bulu tangkis di China tidak perlu memikirkan lagi uang yang mereka keluarkan.
Baca Juga: Hasil Thailand Masters 2023 - Menangi Derbi Merah Putih, Fikri/Bagas Pijak Babak Semifinal
Mereka akan fokus pada permainan mereka dan latihan yang diberikan oleh pelatih serta organisasi.
Sistem Organisasinya Super Solid
Menurut mantan pebulu tangkis India, Aparna Popat, China menjadi tuan rumah lebih dari 3.000 sekolah olahraga yang dikelola pemerintah, 20 program utama, dan 200 program kecil yang telah membantu menghasilkan setiap atlet China yang telah berpartisipasi dalam Olimpiade.
Kemudian para pemain akan mendapatkan cara latihan berbeda tergantung gaya permainan dan pelatih.
Pelatih yang diberikan juga bukan pelatih kacangan melainkan pelatih yang sangat bagus untuk mengembangkan permainan atletnya.
Yang membuat ini semakin kuat adalah 'formula' ini dijaga ketat.
Dengan sistem yang begitu solid dan kompleks, apa yang dilakukan China akan susah untuk ditiru negara lain karena mereka mengelola sistem ini secara mandiri alias oleh warga negaranya sendiri.
Jika negara lain sering bertukar kemampuan karena kerap mendatangkan pelatih asing, China tidak melakukannya.
Kompetisinya Kelas Atas
Di China, persaingan di bulu tangkis begitu kuat di setiap level. Semakin banyak pemain, semakin besar peluang untuk menemukan lebih banyak pemain yang lebih baik, dan akhirnya ini akan membentuk mentalitas kompetisi yang bermuara pada semakin bagusnya permainan para atlet.
Sebagian besar negara lain menghasilkan satu atau dua pemain besar setiap generasi, dan itu terutama karena mereka telah dilatih di luar negeri dengan pelatih terbaik.
Tidak semua mampu melakukan itu sedangkan di China, lingkungan persaingan yang keras adalah sesuatu yang sudah menjadi bawaan dan hampir menjadi bagian dari DNA mereka tanpa harus pergi atau bergantung dengan negara lain.
Fanatisme Positif
Dua olahraga yang paling banyak diikuti di China adalah bulu tangkis dan tenis meja. Sementara sepak bola juga menunjukkan minat yang meningkat namun masih kalah dibandingkan tenis meja dan bulu tangkis.
Dengan populasinya yang hampir mencapai 1,4 miliar jiwa, tentunya fanatisme positif yang dimiliki China mengenai bulu tangkis memberikan anugerah tersendiri.
Baca Juga: Kecil Tapi Vital! Ternyata Ini Fungsi Grommets di Raket Pebulu Tangkis
Ketika suatu negara memiliki banyak penggemar olahraga, otomatis menimbulkan efek berantai di mana mereka yang menonton sejak usia sangat muda ingin meniru pahlawan mereka.
China berhasil mengelola fanatisme ini menjadi kekuatan mereka di bulu tangkis.
Struktur Pelatih Kelas Dunia
Banyak pelatih di level teratas bulu tangkis adalah mantan pemain bereputasi luar biasa.
Namun, bukan hanya mereka mantan pemain, tetapi transisi dari pemain bagus menjadi pelatih hebat bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan mulus.
Ambil, misalnya, contoh Li Yongbo.
Mantan peraih medali perunggu di Olimpiade Barcelona 1992 di kategori ganda putra, Li adalah pelatih tim nasional bulu tangkis Tiongkok selama 24 tahun di mana ia membawa banyak kejayaan bagi China.
Ini termasuk total 18 medali emas di Olimpiade, dan turnamen lainnya.
Zhang Jun adalah contoh lainnya di mana mantan peraih medali emas Olimpiade dua kali yang kemudian menjadi pelatih nasional.
Source | : | racketsportsworld.com |
Penulis | : | Imadudin Adam |
Editor | : | Imadudin Adam |