"Keputusan menurunkan pemain itu dilihat dari kondisi lapangan, shuttlecock dan sebagainya. Kalau di beregu kan pelatih bisa menurunkan siapa yang saat itu dinilai paling siap," ujar Vita, dikutip SportFEAT.com dari Djarum Badminton.
"Memasangkan Indah dengan Daniel adalah bagian dari strategi. Salah satunya kalau lihat shuttlecock yang kencang, cocok sama Daniel yang powerful," imbuh dia.
Selain hal tersebut, keterampilan individual yang dimiliki skuad junior Indonesia juga mendatangkan kelebihan tersendiri.
Apalagi, Daniel dan Indah berasal dari klub yang sama -PB Djarum- dan pernah dipasangkan dalam beberapa waktu.
"Memang di klub sudah pernah main sama Indah. Inilah untungnya kita punya pemain yang individunya sudah bagus, jadi mau dipasangkan dengan siapa juga bisa," ujar Vita.
Adapun pelatih ganda putri junior, Rudy Gunawan Haditono juga memiliki alasan khusus menaruh nama Ana (Febriana -red) dalam daftar line-up Indonesia di babak final.
Menurutnya, Ana memiliki fighting spirit yang kuat dan pantang menyerah.
Di sisi lain, Ana memang menjadi salah satu pemain 'senior' yang sudah berusia 18 tahun di antara pemain junior lainnya.
"Saya lihat di semifinal, Putri/Nita mainnya nggak lepas. Lalu saya lihat Daniel/Indah seperti ada suasana baru. Saya pun bukan asal-asalan memutuskan Putri berpasangan sama Ana (Febriana). Tapi dari Jakarta sudah ada plan untuk memasangkan Ana dengan Putri atau Ana dengan Nita," tutur Rudy Gunawan.
"Setelah melihat karakter lawan, pasangan China ini harus dihadapi dengan pola main yang ada di Ana dan Putri, makanya saya memasangkan mereka. Saya juga perlu pemain yang mau fight, kerja keras dan itu ada di Ana," imbuh kakak dari Susy Susanti itu.
Baca Juga: Makna Besar di Balik Perjuangan Skuad Junior Indonesia dalam Merebut Kembali Piala Suhandinata 2019