SportFEAT.COM - Sosok Wang Wenjiao baru saja menerima penghargaan "People's Role Model" di China, yang membuatnya menjadi olahragawan pertama yang menerima gelar tersebut.
Wang Wenjiao dikenal sebagai bapak bulu tangkis China tapi juga lekat dengan Indonesia.
Ya, Wang Wenjiao yang kini sudah berusia 86 tahun itu lahir di kota Solo, Indonesia.
Eks pemain tunggal putra itu kembali ke China pada 1954.
Dari dirinya-lah, sistem bulu tangkis China yang begitu kuat perlahan mulai muncul dan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai raksasa olahraga tepok bulu angsa.
Namun demikian, kembalinya Wang ke China kala itu tidak berjalan mulus begitu saja.
Ada banyak perjuangan yang dia lakukan. Terlebih, saat memutuskan kembali ke daratan China, bulu tangkis saat itu bukanlah olahraga populer di sana.
Padahal, bagi Wang sendiri, bulu tangkis sudah mendarah daging sejak dia lahir dan besar di Solo.
Baca Juga: Selebrasi Terlalu Dini, Bobby Setiabudi Ambil Pelajaran Berharga
"Saya kembali ke China dengan tiga teman saya, dan kami memutuskan untuk menyebarluaskan olahraga ini. Saat itu tidak ada yang tahu tentang bulu tangkis di China," kenang Wang, dikutip SportFEAT.com dari laman DNA Syndication.
"Kami melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya sembari berusaha memperlihatkan bulu tangkis dan perlahan olahraga ini mulai dikenal," imbuhnya.
Wang pun juga bernostalgia tentang kesulitan besar tatkala dirinya kembali ke China.
Baca Juga: Siti/Ribka Genapi Koleksi 20 Gelar Indonesia pada BWF World Tour 2019
Pada masa itu, beberapa wilayah di China mulai kesulitan mendapatkan makanan yang akhirnya dibukukan dalam sejarah terjadinya "Great Chinese Famine" atau periode kelaparan besar di China pada 1959-1961 lalu.
Akan tetapi, Wang saat itu terselematkan dengan bantuan sang ibunda yang mengirimkan banyak makanan dari Indonesia.
"Orang-orang di China saat itu kesulitan mendapat makanan yang cukup. Beruntung, ibu saya mengirim banyak sekali makanan dari Indonesia untuk membantu saya (bertahan hidup di China -red)," ujar Wang.
Berkat kegigihannya, Wang pun pernah berhasil menyabet titel juara kejuaraan nasional China pada 1956 dan 1959.
Bahkan, bersama salah satu kompatriotnya, Chen Fushou, Wang juga merilis buku teks atau panduan bulu tangkis pertama di China pada 1957.
Usaha kerasnya membuahkan hasil tatkala lebih dari 20 provinsi di China mulai membentuk klub bulu tangkis.
Wang sendiri mulai menggantungkan raketnya sekitar 1960-an akibat cedera.
Namun, pada 1972 dia diangkat sebagai pelatih kepala. Sejak itulah tangan dinginnya mampu mencetak pemain-pemain hebat.
Sebut saja seperti Yang Yang, Zhao Jianhua, Tian Bingyi dan Li Yongbo, yang mana nama-nama ini memiliki andil besar dalam bulu tangkis China selepas masa kepelatihan Wang Wenjiao.
Wang sendiri menganggap memori paling manis yang ia rasakan adalah saat tim China berhasil bangkit dan membalikkan keadaan pada final Piala Thomas 1982.
Saat itu, laga yang dimainkan masih menerapkan sembilan partai.
China tertinggal sementara 1-3 dari Indonesia.
Akan tetapi, secara heroik China mampu bangkit dan berhasil menang dengan skor tipis 5-4.
"Kami tertinggal 1-3 dari Indonesia di hari pertama. Tapi kami berhasil membalikkan keadaan dan menang 5-4," ujar Wang.
"Saya masih bisa merasakan atmosfer kemenangan dan kehormatan saat berhasil membawa negara saya memenangi piala itu, dan itu memang prestasi yang amat penting," imbuhnya.
Dengan adanya penghargaan yang baru saja ia terima, Wang pun bersyukur lantaran negaranya tidak melupakan sosoknya.
"Saya berterima kasih dengan negara saya yang masih mengingat saya. Saya baru saja kembali ke kampung halaman saya, dan di sana orang-orang sangat senang mendengar saya menerima penghargaan ini," pungkas Wang Wenjiao.