Selain konsistensi kecepatan gerakan, dara berumur 20 tahun asal Wonogiri ini mengakui bahwa cara main dan faktor teknik jadi kendalanya untuk melaju ke babak selanjutnya.
“Cara main saya bikin saya susah sendiri. Tadi banyak mati sendiri, pola main dan strateginya pun tidak jalan," ucap Gregoria.
"Sebetulnya lawan itu pola mainnya lambat, kalau mau saya cepetin pun nggak menguntungkan buat diri saya sendiri."
“Bukan cuma non teknik seperti ketenangan, dari segi teknik, saya juga harus menambah latihan dari segi variasi pukulan dan tidak boleh monoton."
"Jadinya malah cocok-cocokan kalau ketemu lawan, padahal harusnya pemain bagus itu punya pola untuk tiap lawan yang berbeda,” tutur wanita berpostur 164 sentimeter ini lagi.
Baca Juga: Hasil Liga Champions - Munculnya Rodrygo Goes, dan 5 Sosok Fenomenal Lain
Kekalahan Gregoria membuat sektor tunggal putri Indonesia belum bisa mengirim wakil ke babak perempat final turnamen level super 750 ini.
Sebab, Fitriani telah tersingkir pada babak pertama seusai kalah kala menghadapi Nitchaon Jindapol, Thailand, dengan skor 12-21, 11-21, Selasa (5/11/2019) lalu.
Adapun Gregoria belum bisa memutus rekor kekalahan saat bersua Tai Tzu Ying.
Sebab, dalam empat duel yang telah lebih dahulu mereka lakukan, Gregoria selalu menyerah.