Find Us On Social Media :

Enam 'Permohonan' Viktor Axelsen kepada BWF Jelang Tahun Baru 2020

Jonatan Christie (kiri) dan Viktor Axelsen (kanan) berangkulan setelah saling berhadapan pada laga semifinal French Open 2019, Sabtu (26/10/2019)

SportFEAT.COM - Menjelang tahun baru 2020, salah satu pebulu tangkis tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen, mengungkapkan daftar permohonannya kepada BWF.

Tahun baru 2020 menjadi salah satu tahun yang banyak dinantikan pebulu tangkis dunia.

Apalagi bila bukan karena perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.

Menyadari tahun depan akan memasuki musim kompetisi yang cukup krusial, salah satu pebulu tangkis asal Denmark, Viktor Axelsen, mulai membagiakan daftar permohonannya untuk tahun baru 2020.

Melalui akun instagramnya, lewat unggahan instastory, Sabtu (28/12/2019) lalu, Viktor Axelsen menuliskan enam daftar permohonannya kepada BWF.

Permohonan yang diharapkan tunggal putra peringkat kelima dunia itu pun bisa dikatakan lebih mengarah kepada kritik halus.

Baca Juga: Flandy Limpele Yakin Ganda Putra India Bisa Rebut Medali Olimpiade Jika Satu Aspek Ini Dibenahi

Baca Juga: Liu Yu Chen 'Kesulitan' Ikuti Pola Latihan dari Yoo Yong-sung

Ya, selama ini beberapa pebulu tangkis Denmark memang cukup berani menyuarakan pendapat mereka soal kebijakan-kebijakan terkait turnamen kompetisi BWF.

1. Kebijakan Jumlah Turnamen Pemain Elite

Hal pertama yang diharapkan Axelsen untuk resolusi tahun baru 2020 adalah kebijakan jumlah turnamen yang wajib diikuti pemain elite dunia.

Seperti diketahui, pemain yang memiliki peringkat 16 besar dunia wajib mengikuti 12 turnamen dengan kategori tertentu.

Apabila pemain tersebut mundur, maka sang pemain diwajibkan membayar denda kepada BWF.

Axelsen pun merasa peraturan ini cukup memberatkan pemain. Utamanya soal recovery atau pemulihan fisik pemain itu sendiri.

2. Naikkan Gaji Umpire

Kemudian, Axelsen menuliskan harapan keduanya. Harapan kedua Axelsen adalah kualitas umpire (wasit) yang memimpin jalannya pertandingan lapangan.

Axelsen berharap BWF menaikkan gaji umpire dan semakin meningkatkan mutu umpire.

Karena menurutnya, ada beberapa umpire yang belum memiliki pengalaman cukup banyak tetapi ikut diturunkan pada turnamen besar, seperti di level BWF World Tour Super 750 ke atas.

Kritik soal umpire ini mengingatkan kembali kejadian tidak mengenakkan yang dialami Anthony Sinisuka Ginting pada final Hong Kong Open 2019 lalu.

Kala itu Anthony harus rela kehilangan peluang juara setelah umpire menilai satu serobotannya di depan net adalah fault.

3. Transfer Hadiah Uang Tanpa Campur Tangan Federasi

Adapun hal ketiga yang jadi permohonan Axelsen adalah persoalan prize money alias hadiah uang.

Selama ini para pemain menerima hadiah uang yang mereka terima melalui pihak federasi bulu tangkis masing-masing negara.

Axelsen menuliskan alangkah baiknya jika hadiah uang dari partisipasi turnamen langsung diberikan kepada pemain, tidak dengan perantara.

Baca Juga: Tiga Hal yang Bikin Teco Terkesima dan Menggaet Hariono ke Bali United

4. Turnamen Digelar Selama 7 Hari

Masih belum berhenti soal padatnya jadwal turnamen, hal keempat yang diungkit Axelsen adalah masalah jumlah hari kompetisi.

Juara Dunia 2017 itu berkeinginan agar BWF menambahkan satu tambahan hari lagi dalam turnamen BWF World Tour.

Seperti diketahui, selama ini kompetisi BWF World Tour berangsung selama enam hari, dari Selasa sampai Minggu.

Menurut Axelsen, enam hari adalah jumlah yang terlalu singkat mengingat para pemain biasanya menuntaskan laga-laga mereka, khususnya saat fase 32 besar, hingga larut malam.

Apalagi jika turnamen tersebut menggunakan jumlah lapangan yang menggunakan tiga lapangan sejak hari pertama bergulir.

Hal seperti itu tentu bakal mempengaruhi performa pemain pada keesokan harinya.

Baca Juga: Soal Sifat Pemain India, Flandy Limpele: Kadang Mereka Nolak Ide-ide Saya

5. Pemberitahuan Jadwal

Axelsen mengkritisi pihak BWF yang dinilainya terlalu 'lamban' dalam memberitahukan jadwal babak berikutnya dalam suatu turnamen.

Seringnya, BWF memang memunculkan jadwal babak selanjutnya dalam suatu turnamen setelah waktu petang.

Hal ini dirasa Axelsen cukup menggganggu. Bahkan ia menuliskan bahwa tak sedikit para atlet yang me-refresh situs jadwal sebelum beranjak tidur hanya untuk mengetahui kapan mereka akan bermain.

6. Teknologi Hawk-Eye di Seluruh Lapangan untuk Turnamen BWF World Tour Super 750+

Teknologi Hawk-Eye atau Mata Elang memang menjadi salah satu teknologi terbaru dari BWF.

Teknologi ini digunakan untuk fasilitas Challenge, yakni memutuskan keluar masuknya shuttlecock dari batas garis lapangan.

Namun sayangnya, selama ini teknologi tersebut hanya berlaku di lapangan 1 alais Court TV. Jadi, bisa dipastikan pemain lain yang kebetulan tidak bermain di lapangan 1 tidak akan bisa meminta fasilitas tersebut.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Shin Tae-yong akan menjalankan proyek jangka panjang bersama PSSI selama empat tahun melatih Timnas Senior, Timnas U-20, dan Timnas U-23. . Pembenahan fisik para pemain pun akan menjadi perhatian utama pelatih berusia 50 tahun itu. . Hwan-yeonghabnida Shin. . #pssi #timnasday #timnasindonesia #gridnetwork

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on