Davies kemudian menceritakan bagaimana sulitnya hidup saat masih menjadi seorang pengungsi perang saudara.
Dirinya hidup tanpa makanan, kemudian tanpa pakaian dalam menjalani hari-harinya di kamp pengungsi.
"Jika saya melihat ke belakang, dari mana kami berasal, kamp pengungsi tanpa makanan, tanpa pakaian," ujar Davies dilansir SportFEAT.COM dari Sky Sports.
Baca Juga: Eks Manchester United Sebut Tim Ini Cocok untuk Lionel Messi
"Dan sekarang di sinilah kami hari ini, dan saya merasa bangga," tambah Alphonso Davies dalam sebuah wawancaranya.
Davies dan keluarga yang saat itu hidup susah di Ghana memutuskan untuk pindah ke Kanada yang terletak di Benua Amerika, tepatnya wilayah Amerika Utara.
Kala itu mereka kebetulan ikut dalam sebuah program pemukiman kembali di Kadana.
Sejak tinggal di Negeri Maple inilah Davies muda mulai meniti kariernya di dunia sepak bola.
Baca Juga: Timnas U-19 Indonesia Gelara Pemusatan Latihan di Kroasia, Shin Tae-yong Ingin Satu Hal
Davies tercatat pernah bermain untuk Edmonton Stikers yang dilatih oleh Nick Househ kala itu.
Nick Househ menceritakan bahwa Davies muda adalah sosok yang pendiam dan membuat dirinya kerap canggung setiap bertemu.
"Alphonso selalu menjadi sosok yang pendiam, jika saya datang masuk ke sebuah ruangan saya selalu merasa seperti pelatih yang baru pertama kali datang," ujar Househ.
Davies sendiri sejatinya pernah ditaksir oleh Manchester United setelah pemandu bakat Setan merah kagum dengan sang pemain.