BWF dan Badminton England sejauh ini hanya mengeluarkan pernyataan soal mundurnya tim Indonesia dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Namun, sampai detik ini, BWF sama sekali tidak meminta maaf kepada PBSI, tim Indonesia dan para pecinta bulu tangkis dunia, atas kesalahan mereka yang 'teledor' tentang kasus ini."Dari berbagai komunikasi, saya simpulkan tidak ada kebijakan bersifat diskriminatif (dari NHS). Namun karena kompetensi BWF tidak baik dalam pelaksaan kebijakan itu, telah terjadi diskriminasi dan unfair treatment (perlakuan tak adil)," ucap Desra.
Sebelum Indonesia dipaksa mundur dari All England Open 2021, faktanya beberapa pemain dan tim lain berjumlah 7 orang sempat dinyatakan positif Covid-19.
Namun, mereka melakukan protes ke BWF lalu BWF memberikan kelonggaran untuk melakukan tes PCR ulang (ke pihak swasta) dan secara 'ajaib' hasilnya kurang dari 24 jam berubah menjadi negatif.
Bahkan, gara-gara menunggu hasil tes PCR itu keluar, BWF sampai menunda babak pertama All England 2021 selama 5 jam.
Namun, untuk kasus tim Indonesia, BWF terkesan pasrah dan berlindung di bawah aturan NHS. Mereka menyatakan bahwa itu sudah ada dalam kendali pemerintah Inggris dan mereka tak bisa berbuat apa-apa.
Dari cara BWF menanggulangi masalah ini, dapat diketahui bahwa koordinasi BWF dan Badminton England kepada para peserta, khususnya tim Indonesia, sangat tidak berkompetensi, seperti yang telah disampaikan Desra Percaya.