SportFEAT.com - Setelah menjadi juara All England Open 2021, tunggal putra Malaysia Lee Zii Jia mewaspadai musuh paling menakutkan bagi seorang atlet, yakni sindrom juara.
Lee Zii Jia menerima banyak apresiasi dan tepuk tangan dari publik Negeri Jiran setelah sukses menjadi kampiun All England Open 2021.
Terlepas dari carut marut penyelenggaraan All England Open 2021 lalu, nama Lee Zii jia memang tak bisa dikesampingkan.
Pemain 22 tahun itu berhasil memutus puasa gelar Malaysia di ajang All England setelah terakhir kali meraih pada 2017 lewat Lee Chong Wei.
Baca Juga: Orleans Masters 2021 Bawa Berkah, Ganda Putra Indonesia Melesat Beratus-ratus Peringkat
Lee Zii Jia berhasil meneruskan supremasi tunggal putra Malaysia di turnamen tertua bulu tangkis tersebut.
Sebagai tunggal putra terbaik Malaysia saat ini, Lee Zii Jia memang sudah lama diharapkan menjadi tumpuan dan andalan Malaysia. Terutama sejak Lee Chong Wei pensiun pada pertengahan 2019 lalu.
Lee Zii Jia sendiri sudah sibuk menghadiri wawancara virtual berbagai media nasional Malaysia berkat kesuksesannya di All England Open 2021.
Bahkan ia sampai 'bingung' harus menolaknya, sebab ada begitu banyak undangan interview yang terus berdatangan.
Terlebih atensi publik Malaysia sangat sangat besar dengan kemenangan Lee Zii Jia.
"Sejak saya menang All England, banyak yang mau interview saya dan semua undangan wawancara itu terus berdatangan setiap hari," kata Lee Zii Jia dikutip SportFEAT dari The Star.
Baca Juga: 2 Alasan Ini Jadi Tolok Ukur PBSI Degradasi Pemain Pelatnas Tahun Ini
"Tentu tidak mungkin bagi saya untuk menerima dan menghadiri semua itu," keluhnya.
Lee Zii Jia menghargai kebahagian publik Malaysia akan prestasinya.
Tetapi, pemain kelahiran Kedah itu tak mau menjadi lupa daratan gara-gara gelar juara All England 2021 yang ia raih.
Baca Juga: Ditendang dari Pelatnas, Mantan Pasangan Kevin Sanjaya Merasa Diperlakukan Tak Manusiawi oleh PBSI
Lee Zii Jia juga mewaspadai musuh paling menakutkan bagi seorang atlet ketika baru saja menang, yakni diselimuti sindrom juara.
Sindrom setelah juara, menurut Lee, bisa berbahaya karena dapat membuat atlet terlena dengan atmosfer kemenangan terlalu lama dan imbasnya justru membuat prestasinya merosot tajam.
"Saya mengapresiasi semua orang yang bahagia dan ingin merayakan kemenangan ini, tapi saya harus perjelas bahwa saya tetaplah atlet biasa," ungkap Lee.
"Saya sudah melihat banyak atlet, yang terkendal setelah menang, kemudian jadi terganggu karena hal-hal lain (di luar latihan)."
"Akibatnya, mereka menghabiskan waktu mereka untuk latihan hanya sedikit, dan penampilan mereka mulai terpengaruh," kata Lee lagi.
Lee Zii Jia mebgultimatum dirinya sendiri, bahwa sekembalinya dia ke pelatnas, ia tetaplah menjadi pemain dari nol.
"Setelah saya kembali ke pelatnas BAM, saya akan melanjutkan hidup saya sebagai atlet seperti biasanya, dan latihan akan jadi prioritas saya."
"Saya hanya ingin fokus menjadi pemain yang lebih baik, dan saya tidak mau hal-hal seperti ini (wawancara kesana kemari) membuat aktivitas berlatih saya jadi terhambat," ucap Lee Zii Jia.