Find Us On Social Media :

Olimpiade Tokyo 2020 – 2 Masalah yang Jadi Kendala Besar bagi Jonatan Christie Terungkap

Pemain tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, saat menjalani pertandingan perempat final Thailand Open I 2021 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Jumat (15/1/2021).

SportFEAT.com – Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie mengalami kendala besar yakni masalah strategi dan juga mengontrol emosi menjelang Olimpiade Tokyo 2020.

Para pebulu tangkis Indonesia tengah bersiap untuk menghadapi Olimpiade Tokyo 2020.

Salah satunya adalah mengikuti Simulasi Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar oleh PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia).

Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie menjadi pemain yang ikut dalam Simulasi Olimpiade Tokyo 2020 yang mulai digelar pada Rabu, (16/6/2021).

Baca Juga: Tenang Saja Indonesia, Tim Bulu Tangkis Jepang Alami 2 Masalah Besar Jelang Olimpiade Tokyo 2021

Dalam simulasi tersebut, Jojo sapaan akrab dari Jonatan Christie  mulai dapat menerapkan beberapa hasil latihan yang sudah digembleng selama beberapa bulan terakhir.

Hal itu Jojo rasakan setelah memenangi duel melawan Chico Aura Dwi Wardoyo pada pertandingan Simulasi Olimpiade Tokyo 2020, yang berlangsung di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.

Pada pertandingan itu, Jonatan menang dengan skor 21-17, 23-25 dan 21-10.

Jojo mengaku senang akhirnya dapat merasakan atmosfer pertandingan kembali sebelum Olimpiade Tokyo 2020 dimulai.

"Saya happy PBSI menggelar momen simulasi seperti ini. Karena kita kan tadinya mau berangkat Malaysia dan Singapura Terbuka tapi tidak jadi, sehingga ini penting buat kita masuk ke ranah pikiran untuk pertandingan," ucap Jonatan dilansir SportFEAT.com dari Badminton Indonesia.

Baca Juga: Penyesalan Terbesar Legenda Bulu Tangkis China atas Kepergian Markis Kido

"Ya walau lawannya teman sendiri, tetapi balik lagi kalau udah diset seperti pertandingan seperti ini jadi beda hawanya," lanjutnya.

Lebih lanjut, pemain 23 tahun ini merasa masih ada kendala yang harus diperbaiki yakni dalam bagian strategi.

"Dari satu sampai dua bulan saya latihan intens untuk ke Tokyo, semuanya terasa sudah baik. Saya merasa bisa mengatasi tekanan yang ada," ujar Jojo.

Baca Juga: Rival Abadi dari Malaysia Menyesal, Rencana Main Bareng Markis Kido Batal Terwujud

“Cuma memang ada strategi yang harus diperbaiki lagi."

"Tadi itu memang terasa seperti pertandingan sebenarnya. Ditonton banyak orang, ada kamera televisi, perasaannya berbeda, tekanannya berbeda," sambung pemain 23 tahun itu.

Berbicara soal pertandingan di simulasi, pemain ranking tujuh dunia ini mengaku memang mengubah-ubah pola permainan untuk menyesuaikan calon lawannya di Olimpiade nanti.

Akan tetapi, Jojo kembali menemui kendala yakni soal pengontrolan emosi dirinya.

"Di gim pertama saya coba lebih bermain sabar, tidak banyak untuk menyerang. Tapi balik lagi ini kan simulasi, saya pikir saya tidak boleh terpaku dengan satu strategi saja," kata Jonatan Christie.

Baca Juga: Markis Kido Berpulang, Legenda Bulu Tangkis China Bongkar 3 Kelebihan Sang Juara Olimpiade

"Makanya di gim kedua saya coba ubah untuk menjadi lebih menyerang karena saya juga sudah berlatih pola ini.”

“Namun kendalanya saya masih kurang bisa kontrol jadi banyak poin yang terbuang. Itu yang saya sudah sampaikan ke pelatih untuk diperbaiki secepatnya," lanjut Jojo.

Lebih jauh lagi, pria kelahiran Jakarta itu ingin meningkatkan fokus dan kepercayaan diri menjelang Olimpiade Tokyo 2020 nanti.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan PBSI Pasang Pemain Muda untuk Lawan di Simulasi Olimpiade Tokyo 2020

"Olimpiade itu yang terpenting adalah menjaga fokus dan percaya diri karena kita semua tahu di Olimpiade semua bisa terjadi,” ujar pemain 23 tahun itu

“Mental itu yang utama, kalau pola dan strategi saya rasa peringkat satu sampai 16 sudah sama levelnya," pungkasnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom)