"Lawan memang junior kami, tetapi mereka punya kualitas,” ucap Apriyani dilansir SportFEAT.com dari Badminton Indonesia.
“Tidak ada perbedaan di gim pertama dan kedua, hanya mereka memang lebih siap saja di gim kedua. Tidak mudah mati sendiri, jadi kami agak kesulitan juga,” lanjutnya.
Sementara itu, Greysia Polii mengaku senang mampu mengikuti Simulasi Olimpiade Tokyo 2020 ini.
Pertandingan ini memberikan suntikan mental menjelang turnamen empat tahunan itu.
"Simulasi ada hawanya, tidak seperti latihan biasa. Ini menambah daya mental dan persiapan kami jelang Olimpiade, yang akan menghadapi lawan yang lebih kuat,” ujar Greysia Polii dilansir SportFEAT.com dari Antara.
Baca Juga: Hasil Lengkap Simulasi Olimpiade Tokyo 2020 - Cuma 3 Wakil yang Petik Kemenangan, Alarm Bahaya?
“Ini sangat berguna bagi kami untuk melakukan persiapan sebaik mungkin."
Selain sebagai suntikan mental, Greysia/Apriyani juga mendapatkan modal berharga berupa evaluasi untuk mengembangkan strategi dan faktor lainnya.
“Juga ini jadi bahan evaluasi kita sudah sejauh mana hasil latihan selama ini, berjalan atau tidak. Apa yang mesti ditambah. Bukan hanya teknis tapi juga nonteknis dan strategi," kata Greysia.
“Kami berdua saat ini memang sedang menjalani latihan yang super berat, jadi kaki tangan kadang kurang sinkron. Tapi pas ada simulasi jadi ada tambahan faktor apa yang perlu dievaluasi di latihan jelang Olimpiade," tuturnya menambahkan.