“Ketika saya memenangi gelar juara dunia Moto3 pada 2018, dan dipromosikan ke Moto2, ekspektasi saya sangat tinggi,” ujarnya.
“Tetapi, secara mentalitas sangat sulit karena saya merasa mampu memenangi setiap balapan dan nyatanya hanya bisa memperebutkan posisi ke-15 di Moto2.
"Saya masih mengingat saat terus-terusan menangis, terkadang setelah latihan bebas ketiga, karena saya ragu pada diri sendiri,” lanjut dia.
"Meski saya seorang juara dunia. Itu sangat sulit, tetapi pada akhirnya, saya satu-satunya yang benar-benar mengenal diri saya sendiri," tandas Martin.