SportFEAT.COM - Pembalap Pramac Racing Jorge Martin menceritakan satu momen yang membuat dirinya hampir memutuskan pensiun dini.
Jorge Martin mulai mencuri perhatian pecinta olahraga adu cepat paling elite di dunia MotoGP.
Pria berusia 23 tahun itu mencatatkan pencapaian cukup apik meski baru pertama kali tampil di MotoGP 2021.
Jorge Martin yang didapuk menjadi salah satu rooki atau debutan musim ini sudah meraih tiga podium.
Baca Juga: Kewalahan Bagi Tugas, Suzuki Ecstar Gencar Cari Pengganti Davide Brivio di MotoGP 2022?
Pembalap andalan Pramac Racing itu bahkan berhasil memenangi perlombaan MotoGP Styria 2021.
Di perlombaan terakhir yakni MotoGP Austria 2021, Jorge Martin menempati posisi ketiga di belakang Brad Binder dan Francesco Bagnaia.
Pencapaian itu bisa dikatakan apik mengingat dirinya sempat absen tiga seri lantaran mengalami cedera.
Berkat penampilan memukau tersebut Jorge Martin memimpin daftar Rookie Of The Year 2021 dengan menempati posisi kesepuluh klasemen sementara.
Pria asal Madrid itu unggul dari Enea Bastianini dan Luca Marini yang juga sama-sama merupakan pembalap debutan.
Namun siapa sangka. di balik performa trengginas yang ditunjukkannya sepanjang musim ini, tersimpan sebuah fakta mengejuktan soal karaier Martin.
Pembalap berjuluk Martinator itu mengaku nyaris memutuskan pensiun dini gara-gara mengalami cedera.
Baca Juga: MotoGP Inggris 2021 - Kelemahan Marc Marquez Makin Terekspos di Sirkuit Silverstone
“Ketika cedera datang, situasinya benar-benar sulit. Bahkan, ada momen di mana saya berpikir harus berhenti dari dunia balap,” kata Martin kepada MotoGP, seperti dikutip SportFeat dari Motorsport.
“Tapi saya terus berjuang dan berpikir, ‘Saya harus kembali meraih kemenangan, dan saya ingin mendapatkan hasil bagus lagi.
Tak hanya itu, Jorge Martin juga membeberkan satu kelemahan yang membuat dirinya tertekan yakni mentalitas.
Pria berkebangsaan Spanyol itu tak menampik bahwa hal tersebut membuatnya berada di fase terburuk.
“Ketika saya memenangi gelar juara dunia Moto3 pada 2018, dan dipromosikan ke Moto2, ekspektasi saya sangat tinggi,” ujarnya.
“Tetapi, secara mentalitas sangat sulit karena saya merasa mampu memenangi setiap balapan dan nyatanya hanya bisa memperebutkan posisi ke-15 di Moto2.
"Saya masih mengingat saat terus-terusan menangis, terkadang setelah latihan bebas ketiga, karena saya ragu pada diri sendiri,” lanjut dia.
"Meski saya seorang juara dunia. Itu sangat sulit, tetapi pada akhirnya, saya satu-satunya yang benar-benar mengenal diri saya sendiri," tandas Martin.